Thursday 27 December 2012

Good bye 2012, Welcome 2013

Dewasa ini, tahun baru bukanlah sesuatu yang menarik lagi. Bukan sesuatu yang selalu ditunggu-tunggu layaknya anak kecil yang menginginkan mainan baru - at least bagi saya.
Tahun baru... Apa sih bedanya dengan tahun-tahun kemarin? Toh, malamnya kita tetap perlu tidur dan paginya tetap terjaga. Tetap melihat langit dan matahari yang sama. Berpijak pada bumi yang sama. Planet tetap berputar pada porosnya dan malam masih di payungi bintang dan bulan. Mungkin yang membedakan adalah suasana dan fenomena yang akan terjadi, ya. Seperti biasa, seingat saya di Indonesia pasti akan selalu ada infotainment yang mewawancarai paranormal kondang. Menanyakan apa yang akan terjadi di tahun 2013. Saya sendiri sejujurnya, suka mengikuti acara infotainment. Bukan suka, tetapi terpaksa, karena 70% acara di Indonesia adalah infotainment. Sangat menunjukkan bahwa rakyat Indonesia tingkat ke-kepo-annya luar biasa. Tapi itu dulu. Mungkin 3 tahun lalu, sebelum saya hijrah menggali ilmu di negara orang lain. Dulu mungkin saya selalu sebel dengan acara televisi yang itu-itu saja. Ganti channel apapun isinya tetap gosip. Saluran TV kabel memang sangat di perlukan, loh (apalagi untuk pembosan seperti saya). 

Infotainment di Indonesia, memang gencarnya mencari gosip patut di atungi jempol. Yang tidak penting saja bisa di buat menjadi 'sangat penting' loh :))
Mengenai pemberitaan fenomena yang akan terjadi di masa akan datang, biasanya saya akan mendengar dengan seksama, lalu menunggu apakah hal tersebut akan terjadi, atau tidak. Tidak percaya sih, makanya saya hanya berusaha mengingat apakah benar-benar terjadi. Toh, terjadi atau tidak terjadi, ya itu adalah kehendak ALLAH :D

Kadang saya sangat merindukan hal-hal seperti itu loh. Oh bukan kadang, tetapi sangat merindukan. Sejak beberapa tahun silam, saya tidak pernah menikmati infotainment lagi. Kecuali, saat saya kembali ke tanah air. Disini selalunyamenjelang tahun baru, saya hanya bisa berdiam diri di kamar, atau di library. Seharian penuh di depan laptop dan buku. Hanya beranjak untuk sesuatu yang sangat penting, ke toilet, sholat atau makan. University di negeri ini memang agak-agak 'kurang ajar' sih menurut saya. Teganya keterlaluan... *nangis di pojokan*

Tapi, bagaimanapun juga, saya sangat sadar apa yang sedang saya jalani adalah sesuatu yang telah saya pilih dan fikirkan dengan matang konsekuensinya. Jauh dari keluarga, jauh dari rumah, jauh dari kenikmatan kekayaan alam yang negara saya punya, jauh dari cita rasa kuliner Indonesia yang sangat merindukan, jauh dari fasilitas yang keluarga saya selama ini berikan. Begitulah, dimana saya harus bangkit dan berdiri di atas kaki sendiri. Berusaha bertahan dalam perjuangan. Supaya tidak ada pihak yang di kecewakan.

Biasanya dulu juga (saat masih sekolah), saya rajin menuliskan evaluasi dan resolusi. Bagus juga sebagai tolak ukur diri. Apa yang sudah tercapai, apa yang belum. Mana yang terealisasi, mana yang gagal. dan apakah saya hanya sekedar menulis dan bermimpi atau betul-betul ada usaha untuk mewujudkannya. Tahun demi tahun berlalu sepertinya saya mulai lupa dengan tujuan hidup saya, saya lupa dengan mimpi-mimpi saya. Baru akhir tahun 2012 ini rasanya saya mulai tersadar lagi akan arah dan tujuan saya. Telat kah?

Dalam hitungan jari, tahun 2012 ini akan segera berakhir. Saya pun tidak menyangka bahwa tahun ini akan berakhir begitu cepat. Mengingat betapa 3 tahun lalu saya sangat menantikan tahun ini (karena suatu sebab). Sangat banyak hal-hal yang telah terjadi. Hal-hal yang telah membuat saya belajar akan banyak hal.

Semoga di tahun 2013, saya bisa lebih baik. Menunaikan ibadah haji bersama keluarga, mungkin? Atau lebih giat menabung untuk bisa traveling lagi, mengunjungi belahan-belahan dunia yang belum sempat saya kunjungi, bisa menyelesaikan kuliah saya dengan segera dan GPA saya naik, mendapatkan teman-teman baru yang lebih baik (lumayan untuk koneksi kerjaan di masa depan), atau mungkin juga mendapatkan jodoh baru (HA!).

Apapun itu, apapun yang akan terjadi di masa depan. Semoga itu menjadikan saya dan juga kalian yang membaca tulisan saya menjadi lebih baik lagi. GOD SPEED!

Goodbye 2012, Welcome 2013
(and thank you for every lesson and memories)

Regards,
-A

Wednesday 26 December 2012

Random thought

Akhir-akhir ini, saya memang lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Bukan hanya karena final exam yang akan datang dalam hitungan jari saja, saya juga menghabiskan waktu saya dengan blog-walking. Ah, rasanya sudah lama sekali saya tidak melakukan ini. Rindu dimana masa-masa saya menghabiskan waktu di depan laptop dengan berguna. Ada sesuatu yang saya dapat setelah berjam-jam atau bahkan seharian di depan layar ini. Saya sendiri baru sadar bahwa saya sudah aktif sebagai penulis blogs (blogspot) sejak oktober 2008. Sebelumnya saya juga memang suka menulis di kolom blogs friendster saat masih booming di tahun 2006. Lalu, freelance as a journalis sejak kelas 1 SMA tahun 2007 sampai tahun 2009 yang pada akhirnya saya dan teman-teman menghasilkan majalah yang di produksi sendiri dan tersebar di seluruh Sumatra-Selatan. Wah, saya rindu sekali masa-masa produktif seperti itu. Masa di mana saya struggling meyakinkan ayah saya bahwa saya kuat dan baik-baik saja. Maklum, beliau agak over-protected dengan saya yang sejak kecil kondisi tubuhnya agak lemah. Orang tua mana yang tidak protes kalau melihat anaknya terlalu aktif bahkan sampai pulang di pagi hari untuk kerjaan yang tidak tetap, apalagi saat itu saya masih pelajar. Walaupun pada akhirnya, ayah saya menyerah dan membiarkan saya melakukan apa yang saya suka (saat itu saya juga mati-matian menjaga kondisi fisik saya dan menyembunyikan kesakitan saya, karena takut ayah saya melarang lagi :D).

Menjadi jurnalis menurut saya adalah hal yang menyenangkan. Ya, menyenangkan. Karena saya memang dari dulu sepertinya hobi menulis dan ber-cuap-cuap. Saya terasa sekali kelebihan saya ini sangat menguntungkan saat saya harus bekerja dalam kelompok. Tak jarang saya selalu menjadi pemimpin dan pembicara. Disaat orang-orang harus mengalami demam panggung, keringat dingin, pucat dan sibuk komat-kami menghapal apa yang harus di presentasikan, saya santai saja dan (tetap) mengambil nafas panjang. Apa resepnya? Mungkin saya hanya kepedean. HAHAHA!

Saya masih ingat saat saya masih kelas 6 SD, saya pernah menjadi pemimpin upacara bendera 17 agustus di sekolah. Padahal saya adalah perempuan. Tetapi satu angkatan memilih saya karena saya berani dan bersuara lantang. Sebelumnya saya memang sering menjadi pengibar bendera, tetapi mungkin agak kurang cocok dengan saya. Lagi-lagi saya memang ber-skill mengenai suara, berbicara tegas.

Dewasa ini, saya merasa segala sesuatu potensi yang telah saya gali menjadi tertutup. Atau mungkin bahkan hilang. Saya sudah jarang menulis, sudah jarang berbicara. Bukan jarang berbicara, maksud saya menggunakan suara saya untuk hal-hal baik yang saya lakukan dulu. Saya merasa tidak menggunakannya dengan maksimal. Setelah saya kuliah di luar negeri, saya justru pasif. Entah karena saya terlalu letih, atau lingkungan saya yang menurut saya terlalu buas. Oh, itu dia.

Lingkungan saya di sini, penuh dengan orang-orang tamak. Yang haus akan pujian, kekuasaan, ke-populeran, kehormatan dan merasa dirinya adalah orang-orang yang paling bersinar. Saya sejujurnya sangat tidak terbiasa dengan drama-drama ini. Bully-membully. Ibaratnya dunia perbinatangan, siapa yang mendominasi dialah yang menang. Dan followers tetaplah followers, walaupun hati nuraninya berbicara bahwa dia mengikuti kelompok yang salah, dia akan tetap mengikuti pihak yang mendominasi. Yang dibully? Mungkin akan diam saja. Saya pribadi, pernah menjadi korban pembully-an. Yang saya lakukan adalah diam dan terus berdo'a. Tapi saya tidak hanya diam kok. Saya juga mengikuti alur permainannya. Saya simpan semua weapon saya. Yang memungkinkan untuk saya keluarkan suatu saat nanti. Saya pernah liat di salah satu blogs, penulis dan traveler favorite saya, dia menuliskan "time will always tell", perasaan saya seperti "JLEB". Dia benar. Pada saat saya dibully habis-habisan, saya hany bisa berdo'a semoga yang masih memiliki hati nurani dibukakan mata hatinya supaya diberikan kesadaran. Memang sangat tidak mudah untuk bertahan dengan keadaan seperti itu. Apalagi oknum yang membully adalah teman-teman satu rumah yang terprovokasi gara-gara tetangga, orang ketiga. Saya tidak pernah habis fikir bagaimana orang yang pernah dekat dengan saya bisa terhasut dengan orang baru. Lebih menyakitkan lagi adalah, ketika mereka tidak membiarkan ada seorangpun yang menjadi teman saya dan turut melabrak orang yang tetap support saya dan mengatakan pada mereka bahwa mereka 'di cuci otak' sama saya. I was like... What the... What a narrow minded. Beberapa bulan kemudian, satu persatu dari kelompok yang ikut-ikutan menjauhi saya sadar. Satu persatu semua kembali dan mereka bercerita bagaimana 'dulu'. Disitu semua terbuka. Again, time will always tell dan kebenaran akan selalu benar entah seberapa lamanya. Seseorang yang dulu menjadi sumbernya, sekarang di jauhi. Semua orang sudah tau bagaimana dia sebetulnya. Semua orang mengatakan "Duh, apa sih yang saya fikirkan dulu sampai saya ikut terhasut omongan yang non-sense?." 

Saya cuma bisa tersenyum. Itulah manusia, kadang hanya mendengarkan tanpa berfikir. Sangat mudah terhasut untuk sesuatu yang belum tentu benar. Dan hanya berani menjadi pengikut tanpa berani bersuara. Sejujurnya, saya bukanlah pengecut untuk hal-hal seperti ini. Saya akan ladenin kok. Hanya saja, saya inginkan pertarungan 1 vs 1. Bukan keroyokan seperti itu. Semua orang juga bisa kalau keroyokan. Disini, dengan akal sehat pun semua bisa bilang kalau siapa yang sebetulnya pengecut? ;)

Yasudahlah, apapun yang telah terjadi tidak akan pernah mungkin akan kembali lagi. Yang bisa saya lakukan sekarang adalah tetap baik kepada semua yang telah baik dan berusaha baik kepada siapa yang tidak baik. Semua waktu yang berlalu adalah pelajaran yang sangat berharga untuk saya. Terima kasih atas kesakitan, kebahagian, pengkhianatan dan lain-lain yang telah membuat kita sama-sama belajar agar lebih baik di masa depan.

Dan melalui tulisan ini, saya berjanji untuk lebih produktif lagi :)

-A

Sunday 23 December 2012

Me and my idol

Bonjour!

Lately, i've been (makes my self) busy with watching Youtube of Agnes Monica. Agnes Monica? Yes! The young diva of Indonesia. Without i realized, i was grow up with her. I'm being her fans since i was 7 years old. As i remember, i really love to watch her video clip 'Si Meong' and the most i like was 'Bala-Bala'. I even still remember her expression when she was sing that song. And then i always watched her when she was a host for several children's programs. My favorite was Tralala-trilili (and i still remember the gesture of her hand too, when she used to say Tralala-trilili). Since that, i was falling in love with her, and yes. I still in love with her. I would never let my self missed any single thing of her. Her music, her video clip, her tv drama's, and also i always follow up her awards news! Sounds freak? Yes, i am.

Today, i'm watching her 'Make it happen' in Youtube. I apologize i couldn't watch it live anymore, since i was not live in Indonesia start by 3 years ago. At the beginning, Agnez have an interaction with her fans: "Who ever watch my show more than 10? 20? 30? 50?... and 100? More than 100?." You know how was my expression when she asked like that? I was like... "meeeee! meeeee!" and yeah, i'm totally freak. I just watching through youtube not in real. Agnes wouldn't recognize me (and even i watch in her live show too).

A lot of words that i wanna say about this. But a day maybe would never enough to write about how i love her. And, this is what am i suppose to tell you, NezindaHood:
I'am her fans too. I love her like the way all of you do. But, puhlease. If you really loves Agnes as your idol, you should respect her by 'be a good fans'. That's it. Often i read in twitter, Agnes fans had a twitwar with another celebrity. It makes reputation of the artis down. You know it? Be a smart fans.

Agnes Monica
i have no idea how she inspired me. With her quote "dream, believe and make it happen." She just right. And yeah, right. Totally right. To see her nowadays, i feel so satisfy. Damn, i was so right to fall for her since i was 7 years old. Being her fans all my life! I even had  a dream to choose the same university as she used to before :p it was all because, i really wanna meet her. HAHA!

For me, i don't wanna be 'an extraordinary fans'. I just wanna be an 'ordinary fans'. I like her personality, i like her music, i like her style, and i like how she hide her personal life to public :) You really know how to hide it well, Agnes. Bravo!

Being too fanatic fans is tiring. You know it?. Yes, it's soooo tired! You feel like your idol is yours. You will protect them as much as you can. Or even do some another 'extraordinary' things again. That's why, you need to be a smart fans. Support the artist and enough. If you are doing 'too over', you will make reputation of your idol also down. Don't you think so?

I likes a lot of artist too. I likes Mike Posner, Eminem and Selena Gomez too. But i just keep the distance my illusion of being a fans. Make it balance. Life and reality. Again and again, being a fans of an idol is SUPER TIRING! Last: "Be a good fans, be a smart fans, and keep respect each other", are the best thing you should remember if you have an idol! ;)


 Extra: i love them, the artist above. Whose mad? :p

Tuesday 6 November 2012

Berbicara tentang cinta (Part 2)

Rasanya wajar, kenapa otak dan hati tidak berjalan seirama ketika aku bertemu orang baru. Wajar saja, alasannya adalah karena aku masih mencintai kamu. Tidak masalah jarak dan waktu, seberapa jauhnya kamu dari aku dibelahan bumi ini. Atau bahkan sampai ujung andromeda sekalipun. Kamu selalu menang, hatiku tetap memilih kamu.

Aku sadari, kamu memang belum tergantikan dan memang rasanya aku pun enggan menggantimu dengan orang baru. Kenangan kita terlalu banyak. Terlalu. Aku garis bawahi itu.
Aku putar kembali memori satu minggu lalu, dimana aku bertemu orang baru. Dia cukup menyenangkan dan cerdas. Sejujurnya, aku senang. Tapi tidak bahagia. Rasanya hanya mulut yang tertawa tapi batinku tidak. Ada rasa tawa yang tidak lega. Tidak selega aku tertawa lepas denganmu. Tawa renyah kita yang seirama membahana seruangan, kalo kita sudah bersama. Saat bersamanya, seringkali yang ada di fikiranku adalah kamu. Lalu, aku diam. Senyap. Tawaku terhenti disitu. Meninggalkan jutaan tanya pada dirinya, si dia yang berusaha memasuki kehidupanlu. Menggantikan posisimu dihatiku.
Meskipun hanya pesan-pesan singkat, entah kenapa itu bisa mengingatkan banyak kenangan tentang kamu. Semakin tidak penting isinya, semakin bodoh percakapan kita, itu semakin membuat aku bahagia. Ada rasa-rasa haru yang tidak bisa diucapkan kata-kata. Aku kesepian, aku mau kamu kembali. Aku mau kamu ada disini lagi.
Aku hanya berfikir kenapa kita tidak bisa bersama? Takdir. Itu tidak bisa kita langkahi lagi. Padahal mauku, tetap kamu. Kebahagiaanku, ada padamu. Aku selalu rindu kamu, ini jarang terjadi padaku yang notabene memang pembosan.
Aku selalu jatuh cinta padamu, ini bukan hal yang biasa pada diriku.
Kamu hebat, bisa membuat aku segila ini. Kamu hebat, tidak memberikan otak dan hatiku celah untuk yang lain. Kamu hebat, bisa membuat aku bertahan mencintai kamu. Kamu hebat telah membuat hatiku tetap memilihmu.
Aku tau ini mungkin akan sia-sia pada akhirnya, tapi selama aku dan kamu bahagia, aku harus bilang apa?

Saturday 3 November 2012

Berbicara Tentang Cinta

Bonjour!

Bagi sebagian orang, berbicara tetang cinta merupakan hal yang sensitif. Sama seperti halnya berbicara masalah keuangan. Iya kan?

Cinta sendiri menurut banyak orang adalah sesuatu yang tidak terdefinisikan. Menurut saya sendiri, cinta itu sesuatu yang aneh. Kadang bisa membuat kita bahagia, bahkan sangat bahagia. Ataupun Sedih hingga hampir bunuh diri. Cinta bisa membawa banyak perubahan, negatif atau positif. Reaksi yang dihasilkan cinta pun bermacam-macam. Memang, belum ada teori solid yang menjelaskan tentang ini. Bahkan, belum ada obatnya sama sekali karena hal ini. Bagaimana bisa dicari obatnya? Penyebab datangnya cinta pun tidak bisa di definisikan.

Sejujurnya saya sendiri sudah lama tidak merasakan jatuh cinta. Sejak berakhirnya percintaan saya april 2011 lalu (Kalau tidak salah) dan hingga saya menuliskan ini, berarti sudah memasuki 1 tahun 7 bulan saya single. Lebih lama daripada hubungan yang saya jalani dengannya. Tidak, itu bukan hal yang tragis menurut saya. Yang lebih tragis adalah saya bahkan lupa rasanya jatuh cinta itu seperti apa. Bagimana rasanya mencintai dan dicintai. Lupa rasanya bagaimana memiliki dan dimiliki. Sepertinya apapun yang terjadi, saya pun tidak terlalu peduli dan ambil pusing soal apapun. Yang ada hanyalah diri saya. Selama 1 tahun 7 bulan single, alhamdulillah saya tidak terlalu merasakan 'galau', 'kesepian' atau hal-hal yang identik dengan negatif lainnya. Alhamdulillah saya dikelilingi oleh teman-teman yang baik. Dan lebih alhamdulillah lagi saya sangat menikmati kesendirian saya.Menurut saya, ada kebahagiaan tersendiri untuk melakukan hal-hal apapun sendirian. Kesendirian justru akan membuat saya berfikir dan figure out apa yang akan saya lakukan untuk masa depan saya dan apa yang telah saya lakukan di masa lalu.

Bukan, ini bukan denial. Ini fakta. Saya menuliskan ini bukan karena saya takut di cap jomblo. Lah, kalaupun memang jomblo memang kenapa? :p

Saya akui memang saya sempat dekat dengan beberapa orang. Bahkan tidak lama sejak saya putus. Tapi, kenapa rasanya hati ini enggan? Entah kenapa rasanya hati ini sungkan? Pada saat itu, dibenak saya hanya ada fikiran "oh, mungkin karena saya baru saja merasakan kandasnya percintaan sebelumnya, itulah sebabnya hati ini belum siap menerima siapapun." Masuk akal. Tapi sekarang? Bahkan sudah lebih dari satu setengah tahun sejak kejadian tersebut. Si mantan pun mungkin sudah lama memiliki pengganti diri ini. Sedangkan saya tetap betah saja sendiri. Ada rasa-rasa tersendiri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ya, tentu saja itu masalah hati. 6 bulan lalu, saya akui bahwa saya jatuh cinta dengan seseorang. Dia itu unrequited and unintended love sebenarnya. Saya jatuh cinta dengan orang yang tidak terduga dan jatuh cinta dengan orang yang tidak semestinya saya cintai. Awalnya pun saya tidak berniat untuk mencintai dia, bahkan di masa lalu saya pernah bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta padanya sampai kapanpun. Well, words just a words. Apa yang bisa kita lakukan disaat hati memilih dia, meskipun dia adalah orang yang salah?

Saya sendiri tidak menampik bahwa saya jatuh cinta padanya karena dekatnya hubungan kami dan seringnya pertemuan dan komunikasi. Otak dan hatipun berkata seirama. Setuju atas perasaan-perasaan yang saya alami. Sayangnya, saya dan dia bagaimanapun memang tidak bisa bersama. Ada banyak faktor yang saya tidak bisa ungkapkan. Biarlah, hal ini hanya saya dan Allah yang tau :)

Pernah, saya mengatakan saya suka dia. Saya pernah confessed saya sayang dia, saya mencintai dia. Dan dia pun begitu. Tapi menurut saya, itu tidak bisa dikategorikan sebagai 'tembakan' untuk menyatakan menjadi pacar. Again and again, saya akui, saya jatuh cinta pada orang yang salah. Seandainya.......

Menyesal pun, tidak akan pernah ada hasilnya. Toh, sudah terjadi buat apa disesali?. Saya sudah tau konsekuensi mencintai seseorang, kita akan merasakan sensasi kebahagiaan yang luar biasa atau bahkan sebaliknya. Entah reaksi kimia apa yang terjadi dalam tubuh kita saat kita merasakan cinta. Secara saya bukanlah scientist dan saya malas mencari tau apa nama ilmiahnya.

Ya, itulah yang saya ingat terakhir kali saya mencintai seseorang dengan hati dan otak yang seirama. Meskipun pada akhirnya, tidak terjadi apa-apa diantara kita. 6 bulan yang lalu....

Kadang saya merindukan degup-degupan jantung yang menghentak dengan keras, seolah hampir terlepas dari tempatnya. Tangan dingin dan basah karena kegugupan bertemu seseorang yang dicinta. Perasaan-perasaan was-was kekhawatiran tentang seseorang, dan segala macam hal lainnya yang dialami seseorang jika sedang jatuh cinta. Tetap berkata "Aku belum ngantuk", padahal saya tau mata ini rasanya sudah tidak sanggup untuk membuka. Saya hanya tidak ingin percakapan kita terhenti. Atau sengaja tidak memasang alarm, karena saya tau seseorang akan menelpon saya dan menyapa dengan lembutnya "Good morning, Sweetheart. Wake up. Don't forget your breakfast and have a nice day. Love ya!" Iya, saya rindu hal-hal seperti itu.

November 2012,
Ada orang baru yang akhir-akhir ini selalu ada difikiran saya. Orang pertama yang dibenak saya saat saya terjaga ataupun ingin beranjak tidur. Berjalan, membaca, makan, atau bahkan melakukan aktivitas lainnya. Tapi anehnya, dia hanya ada di otak saya! Dia hanya berada di fikiran saya. Hati saya? Belum. Sepertinya hati saya sudah cukup trauma atau bahkan kaku untuk menerima orang baru. Hati saya pun sepertinya kembali belajar bagaimana seharusnya ia bersikap. Mungkin dikarenakan lamanya hati ini tidak terlatih untuk merasakan chemistry-chemistry seperti itu lagi.

Semoga setelah tulisan ini saya publish, saya bisa bertemu dengan orang yang tepat di waktu yang tepat. Maka otak dan hati pun akan kembali berjalan dengan seirama. Langsung melamar pun sepertinya adalah ide yang menarik. Hahahaha. Ndasmu! :p

Regards,

-A

Tuesday 30 October 2012

Happy 31st October! Selamat 3 tahun merantau!

Happy 31st october!

Hallo, strangers. Apa yang ada dibenak kalian mengenai tanggal 31 oktober? Halloween kah? :)
Pikiran saya kembali kepada 3 tahun lalu, tepatnya 31 oktober 2009. Pada hari itu tepat keberangkatan saya dari Palembang menuju Kuala Lumpur, untuk melanjutkan degree saya di Universiti Malaysia Perlis. Pada hari itu, saya, Dea, Intan, Aan dan 'Noname' berangkat bersama. Dengan maskapai penerbangan Airasia (yang cuma satu-satunya direct flight Palembang-Kuala Lumpur), kami berlima terbang ke Kuala Lumpur untuk berjumpa 5 rekan kami lainnya (Ina, Azka, Iman, Fakhri, Baby)yang berasal dari Jakarta.


Beginilah tampang saya 3 tahun lalu *chocked*

 Tas pinggang yang menandakan turis abis :)) well, itu paksaan. Isinya ribuan ringgit

Pada saat hari keberangkatan itu, saya sama sekali tidak merasakan kesedihan. Yang saya rasakan hanyalah excited. Saya akan mengalami dan menjumpai hal-hal baru. Jauh dari orangtua, mandiri, dan lain sebagainya. Sempat terlintas dibenak saya, bagaimana nantinya saya akan menjalani segala sesuatunya sendirian. Mengingat biasanya, saya terlalu manja difasilitasi oleh orangtua saya. Ayah saya yang teramat sangat posesif dan boleh dibilang, saya salah satu anak kesayangan beliau. Mengingat universiti saya ini adalah universiti negeri, dimana student diharuskan tinggal di asrama, saya sempat berfikir....Oh, well. Terfikirkan bagaimana saya harus tidur dikamar berukuran sedang yang terbagi beberapa space untuk beberapa student. Sudah bisa dipastikan tidak akan ada pendingin ruangan dikamar. Dimana saya selalu bisa menjumpainya dirumah. Bahkan diseluruh penjuru ruangan rumah saya. Dimana saya akan mencuci, menjemur, lalu menyetrika baju-baju saya sendirian. Yang notabene saya jarang sekali (hampir tidak pernah) melakukan aktivitas tersebut dirumah. Ataupun menyapu dan mengepel rumah saya nantinya. Untungnya saya bukan tumplek-blek betul-betul anak mami-papi, anak pembantu yang manja sekali semuanya harus diurusi oleh pembantu. Tidak. Saya bisa, tetapi saya jarang melakukannya. Sekarang jika saya terfikir lagi akan hal 3 tahun lalu itu, saya akan berkata betapa angkuhnya saya :)

Bulan-bulan pertama saya jalani, semua lancar saja. Aman dan bahagia. Apalagi saat itu, semua kepercayaan orang tua diberikan penuh kepada saya. Terutama soal keuangan. Rasanya, uang saya seperti keran bocor. Terus mengalir, terus berlimpah dan terus saja boros. Ayah saya yang amat sangat concern dengan kesehatan, selalu mengingatkan agar saya selalu membeli makanan yang sehat dan bergizi serta susu, buah yang cukup. Oh iya, stok air putih yang banyak! Tidak lupa ayah saya menyertakan surat yang berisi poin-poin nasihat kepada saya. Okay daddy, i got it :D

12th Desember 2009, tepatnya.
Saya memiliki seorang kekasih (pacar sih, bahasa gaulnya) yang merupakan orang arab. Kewarganegaraan Syiria dan tinggal di Saudi Arabia. Dia baik, teramat sangat baik. Bisa dibilang, he was the perfect boyfriend that i ever had. Setiap anniversary, dia tidak pernah lupa mengucapkan pada saya. Selalu dia lebih dulu yang mengucapkan. Memberikan surprise disetiap bulan. Wajibnya, dia pasti memberikan saya sekotak ferrero rocher setiap anniversary :) i coulda say that he was my life at the time.

Nah, it was the first time i met him. Btw, not me who taken this picture :))

Our 1st date. And he had a mustache! HAHAHA
And his 1st surprise after we...finally, together :')
 He gave me surprise when i turn 18th years old :')
Tahun 2010 pun berjalan dengan sangat lancar. Saking lancarnya, saya pun seperti terlalu bersenang-senang. Sepertinya saya terlalu melupakan tuhan ditahun itu...*sigh*
Di akhir tahun 2010, cobaan mulai datang menghampiri. Pacar saya pindah kuliah ke kota lain. Kuala lumpur tepatnya. *exhale*
Sejujurnya, saya sangat menentang perpindahannya kesana, tetapi saya bisa berbuat apa? :(

Tahun 2011, kami mulai sering bertengkar. Mungkin dengan jauhnya kami, misscommunication makin sering terjadi. Wajar saja, saya adalah seseorang yang teramat sangat independent dan cuek. Biasanya, saya selalu bersama-sama Dia, pacar saya. Jadi, saya tidak perlu melapor apa, kemana, bagaimana, siapa, dan dimana saya. Setelah LDR, semua terasa berat, yaaa itu adalah dampak dari kecuekan saya tersebut juga. Belum lagi, pergaulan Dia di KL yang makin membuat saya.... Duuuuhhh.
Lalu, di bulan maret, saya masih ingat sekali dengan jelas. Saya terakhir kali bertemu dengannya. Saya mengantar di ke airport, dia akan kembali ke saudi arabia, yang sebelumnya ia harus transit di Dubai. Sebelumnya, saya sempat seharian berjalan-jalan dengannya, menghabiskan waktu bersama. Mencari oleh-oleh untuk adik semata wayangnya dan membantu Dia packing-packing.
Disituah, terakhir kali dia menggenggam tangan saya. Lalu memeluk saya terakhir kalinya seraya berkata "just pray for me, i don't even know what will happen to me. May God let me back to here again.". At the time, i was thinking.... "What the hell are you saying, honey?"
Here we go! That was the last picture that i took on the last day we met :(
Oh iya, dihari terakhir itu, saya memegang dua tiket. Satu, untuk kembali ke Perlis. Satu lagi ke Singapore. Saya tau sekali, dia paling tidak suka saya pergi ke singapore tanpa dia. Dia takut saya pergi ketempat-tempat hiburan dan dia teramat cemas akan ada orang yang mencelakai saya :(
Terbayang lagi dibenak saya, pada saat kita menghabiskan waktu bersama sebelum dia berangkat, saya sempat pergi sendirian untuk menukar uang. Ya, saya menukar uang ringgit saya ke dollar Singapore, tanpa dia ketahui. Sementara dia pergi mengambil oleh-oleh untuk adiknya. Sebelumnya dia sudah berpesan kepada saya untuk menunggunya didepan tangga monorail. Tapi saya...kabur sebentar :D
And you know, pada saat saya menukarkan uang itu, keadaan agak ramai. Disitu saya berfikir, pasti dia sudah menunggu saya. Benar saja. Dia menunggu dan mencari saya dengan cemasnya. Saya masih ingat betul bagaimana expresi dia setelah menemukan saya. Dia tersenyum lalu memeluk saya dengan erat. Seolah kami adalah adam dan hawa, yang sudah lama tidak bertemu. He whispered to me "i'm sorry honey" Errr... Harusnya saya yang minta maaf. Tapi biarlah, dia berfikir karena dia terlalu lama makanya saya bosan lalu jalan-jalan sendiri :D hihihi
Oh iya, kembali lagi. Akhirnya saya putuskan untuk check in dua flight tersebut.ditengah kebimbangan tersebut, entah kenapa kaki saya pun terus melangkah ke gate tujuan singapore dan akhirnya passport saya dicap! :O
Yak, finally my decision was Singapore! Maaf, itu adalah kebohongan saya yang terakhir sepertinya...
Di Singapore pun, hati saya tidak terlalu tenang. Saya terfikirkan dia. Lalu setelah dinner di sekitaran esplanade, saya dan teman-teman duduk menonton mini concert. Woah, romantis sekali pikir saya. I should back here again, one day with my boyfie.
Ternyata tidak. Dua minggu setelah kepulangan saya ke Perlis, dia tidak mengontak saya dan singkat cerita, kita putus.....
Menyedihkan, kita putus saat berjauhan dan putus melalui internet. Sungguh 1,5 tahun yang sia-sia. Dan lebih lagi, dia mengatakan kepada saya "I dont know, i will back to KL again or not". Hmmmh... Yasudahlah.

Masalah lainnya adalah, renggangnya hubungan saya dengan teman-teman. Fitnah ini itu memang kejam. Saya cukup mengalami banyak kejadian yang sangat tidak menyenangkan. Intinya sih, mulut manusia itu hebat. Seperti masakan, makanan mentah jika diolah pasti terasa nikmat. Hmh, saya rasa yang ini tidak perlu saya ceritakan ya? Terlalu complicated.
Me and my housmates. I realized at the time we were all happy. Until someone who hated me so much destroyed and influenced some bad things to others. What a shame, YOU!
Dan yang terakhir, adalah result saya yang... Pas-pasan. Mungkin akibat terlalu banyak main. Okay, dosa masa lalu. Sehingga mempersulit saya memperpanjang visa :(

Tahun 2012,
Tentu saja saya berusaha bangkit. Kehidupan asrama yang dulu difikiran saya seperti ala yang telah saya tuliskan diatas, ternyata tidak juga. Alhamdulillah asrama saya berbentuk kompleks perumahan, dengan kamar 4 yang seharusnya diisi oleh 6 orang. Tetapi tidak, rumah saya cukup 1 orang 1 kamar, bahkan bisa memilih mau kamar ber-AC atau tidak. Kamar mandi dalam atau tidak. Depend on our self, sanggup bayar? No problemo :)
Begitu juga soal cuci mencuci. Ah, kalo terlalu sibuk, apa susahnya dilaundry sih? :p
Hehehe memang ya, semuanya itu akan terasa sangat ribet dan rumit kalo difikirkan. Kalo dijalani? Tidak sesulit yang dibayangkan :)

Lalu, perpecahan dengan teman-teman saya, satu persatu mulai terkuak. Yang sempat terpengaruh, sekarang sudah baik lagi, yang setan, ya tetap setan sih. Namanya juga mak setan. Maunya fitnah orang aja :) lucunya lagi, doi bisa aja bilang ke orang-orang kalo saya yang fitnah dia. Duh, lempar batu sembunyi ditangan banget. Siapa nuduh siapa.... -_-
Tapi tetep, allah itu adil. Sekarang pun sudah terlihat siapa yang benar atau salah ;)

Terakhir, hubungan saya dengan salah satu kakak senior mulai membaik. Leilanie Nadia namanya. Sama-sama berwatak keras dan angkuh (dulunya). Disegani teman-teman dan junior-juniornya, ya bisa dibilang seperti kepala gank sih :D Herannya sih, doi paling demen berantem sama saya. Sekaligus paling cocok dengan saya juga. Guess, why? Hahaha saya pun ga tau.
Nah, cerita tentang Nadia ini panjang juga. Nantilah akan saya ceritakan di postingan berikutnya kapan-kapan :p

Oh well, welcome 31st october! Selamat 3 tahun!
Semoga kita cepat lulus, menghapus sedih dan duka segala pengorbanan kita selama ini menjadi senyum dan tangis bahagia dengan kesuksesan. Aamiin!

Ps:
Maaf kalo jadi banyak fokus cerita tentang si Dia. Abis, selama saya disini, kenangan dengan dia terlalu banyak sih... :p *curcol*


Regards,
-A 

Friday 19 October 2012

t w i t t e r

T w i t t e r
is good. it can help you improve in writing.

but,
T w i t t e r makes me lazy to write any longer like i always did in blogger.

So,
does t w i t t er help you to improve your writing?

-A

Epilogue

Dear you,

Since you are gone, it feels surreal. Faces from your past and present are suddenly all in the same place, smiling and crying and celebrating your life. We were hugging each other but still, I do never want to say goodbye to you, i haven’t really accepted yet that you’re gone. I never really will. Your presence is still felt everywhere. I can almost see your fingerprints glowing on everything you touched. Doorknobs and light switches, shoelaces and silverware. It’s like you’re still here, just out of reach, and your voice is still so clear, just distant, coming from another room.

Your life trace are seems uncanny, both unreal and hyper real, like a piece of fiction that’s somehow become a fact. interesting to be write and interesting to be read. i could read it once, twice, again and again. i read between the lines. There are stories hidden within that brief paragraph. There are chapters. Volumes. So much goes unsaid.
You left us with the puzzles: it’s a sudoku without any numbers, impossible to solve.
Your old phone number is still saved in my cellphones. i’ll never delete it.
Photographs of you take on more weight. A 5×7 inch glossy photo of your naturally smiling face weighs 3.5 ounces, but it may as well weigh a hundred pounds. Your joyful gaze transcends two dimensions.

Your shadow in my bed. Your emails and chat history on bbm become digital mementos. Every book you borrowed in library and every books that we shared to read, every memories is a gift from you, from old to new gravity. Exerting its own pull on the soul, a bittersweet black hole to be cherished from time to time, then placed back on the shelf. These objects can’t replace you, but their presence helps solidify your absence.
I couldn’t forget the memories of you even if I tried. Artifacts are everywhere, scattered through the mundane world of sights and sounds. Your sandwich at the table. The place where we used to have a breakfast together. Share our laugh and story. Your song on my ipod. At first the unexpected reminders sting, and i wish those things would respectfully disappear. But eventually the sting lessens, until it barely feels like they’re being stung, and i could sit in the same table, eat the sandwich as usual we had every morning, and hum along to your favorite song. Absolutely, alone and smile remind me of our good memories.

Life goes on without you. Time doesn’t pause. I still go to the class. Still walking to Kangar. Still going to library. Eating alone in the restaurant that you exactly know where is it. The sun rises and sets, rises and sets. Perhaps that’s the hardest thing of all to accept, that everything in the world just keeps on going without you in it. Nope, I mean, in my life.

Acceptance comes in slow stages over the months or maybe years following your farewell, and nevertheless sometimes upon waking from a dream about you, it’s hard to believe you’re gone. The dream gets dismissed as just a dream even though a part of the dreamer knows it was you, saying hello.

As I told you, you weren’t perfect. You were better than perfect. You were good. You were warmth and wit, kindness and integrity. I will always welcoming you with my arms after a long flight home. I know actually you loved this place, this planet. You loved it in a way that only you could, and your love lingers in everything you left behind. The books that you read and movies that we watched together. Music that we listened together. The place that we've visited. Your house, our house. Your container that used to be your rack, as long as we lived together. Your yellow umbrella which always you brought everywhere.

You loved. You are loved. You will be missed.

Yours,

-A