Tuesday, 6 November 2012

Berbicara tentang cinta (Part 2)

Rasanya wajar, kenapa otak dan hati tidak berjalan seirama ketika aku bertemu orang baru. Wajar saja, alasannya adalah karena aku masih mencintai kamu. Tidak masalah jarak dan waktu, seberapa jauhnya kamu dari aku dibelahan bumi ini. Atau bahkan sampai ujung andromeda sekalipun. Kamu selalu menang, hatiku tetap memilih kamu.

Aku sadari, kamu memang belum tergantikan dan memang rasanya aku pun enggan menggantimu dengan orang baru. Kenangan kita terlalu banyak. Terlalu. Aku garis bawahi itu.
Aku putar kembali memori satu minggu lalu, dimana aku bertemu orang baru. Dia cukup menyenangkan dan cerdas. Sejujurnya, aku senang. Tapi tidak bahagia. Rasanya hanya mulut yang tertawa tapi batinku tidak. Ada rasa tawa yang tidak lega. Tidak selega aku tertawa lepas denganmu. Tawa renyah kita yang seirama membahana seruangan, kalo kita sudah bersama. Saat bersamanya, seringkali yang ada di fikiranku adalah kamu. Lalu, aku diam. Senyap. Tawaku terhenti disitu. Meninggalkan jutaan tanya pada dirinya, si dia yang berusaha memasuki kehidupanlu. Menggantikan posisimu dihatiku.
Meskipun hanya pesan-pesan singkat, entah kenapa itu bisa mengingatkan banyak kenangan tentang kamu. Semakin tidak penting isinya, semakin bodoh percakapan kita, itu semakin membuat aku bahagia. Ada rasa-rasa haru yang tidak bisa diucapkan kata-kata. Aku kesepian, aku mau kamu kembali. Aku mau kamu ada disini lagi.
Aku hanya berfikir kenapa kita tidak bisa bersama? Takdir. Itu tidak bisa kita langkahi lagi. Padahal mauku, tetap kamu. Kebahagiaanku, ada padamu. Aku selalu rindu kamu, ini jarang terjadi padaku yang notabene memang pembosan.
Aku selalu jatuh cinta padamu, ini bukan hal yang biasa pada diriku.
Kamu hebat, bisa membuat aku segila ini. Kamu hebat, tidak memberikan otak dan hatiku celah untuk yang lain. Kamu hebat, bisa membuat aku bertahan mencintai kamu. Kamu hebat telah membuat hatiku tetap memilihmu.
Aku tau ini mungkin akan sia-sia pada akhirnya, tapi selama aku dan kamu bahagia, aku harus bilang apa?

No comments: