Sunday 6 January 2013

Time will always tell

Bonjour, Readers!

Sejujurnya di blog saya ini sudah banyak sekali draft-draft calon postingan yang belom sempat dipublish. Hihi. Lebih jujur lagi adalah, saya masih tidak percaya kalo sekarang saya hidup di tahun 2013. Kalo di lift-lift biasanya kita tidak menemukan angka 13, diganti sama 12A. Jadilah sekarang kita hidup di tahun 2012A. Hahaha *ndasmu!

Yak, banyak sekali yang sudah terjadi dalam hidup ini tanpa kita sadari. Siapa-siapa saja teman kita yang datang dan pergi, perkuliah, keuangan, hubungan dengan si ini dan itu dan lain halnya. Saya sendiri sempat introspeksi dan flashback ke beberapa tahun silam tepatnya setelah saya lulus SMA. 3 tahun dan tahun ini memasuki tahun ke 4. Saya juga masih tidak percaya bahwa saya sudah memasuki usia kepala dua dan tepatnya tahun ini akan memasuki 21 tahun. Dimana saya legal melakukan hal baru akan yang legal di usia saya nanti, walaupun apa yang akan legal tahun ini telah saya lakukan di tahun-tahun saya saat masih belasan :p

3 tahun berlalu sempat membuat saya berfikir, "Saya sudah melakukan apa saja? Apa yang telah saya dapatkan?." Rasanya seperti 0. Oh, kecuali masalah pertemanan dan nilai hidup sih. Di hampir tahun saya mengadu nasib saya untuk hidup di negara orang lain tanpa sanak saudara. Dengan membawa sejuta mimpi dan harapan keluarga. Sedangkan saya sendiri pada saat itu yang masih sedikit 'manja' merasa sangat bebas. Layaknya remaja labil yang biasa di penjara. Merasa bebas, tanpa aturan, bisa melakukan apa saja. Lupa dengan niat dan tujuan saya kesini. 

Sempat akrab dengan dunia malam, kehidupan glamour, taunya hanya bersenang-senang dan hal duniawi lainnya. Urusan dengan tuhan? Sudah tentu saya lupa. Sholatnya saja ketika saya kembali ke tanah air. Boro-boro urusan mengaji dan lainnya. Ah, rasanya sedih sekali kalau teringat hal itu lagi. Ya, membuka dan melakukan dosa memang lebih mudah daripada mengakuinya kan?.

2013 ini, ada banyak hal yang mengejutkan saya. Seperti beberapa teman sepermainan saya yang akan menikah di tahun ini. Totalnya mungkin kurang lebih ada 5 orang yang akan menikah. Saya masih sangat ingat dua tahun sebelum ini, mereka hanyalah remaja labil sama seperti saya. Masih hobi main. Pacaran juga tidak serius. Salah satu dari mereka yang akan saya ceritakan disini adalah teman terdekat saya dulunya. Dia orangnya sangat tertutup mengenai hal pribadinya, kecuali kepada saya. Dia hanya terbuka kepada saya. Saya ingat sekali bagaimana dulu dia menjalani hubungan dengan seorang lelaki yang setelah 8 bulan berpacaran dia baru mengetahui bahwa dia hanyalah selingkuhan dari hubungan lelaki itu dan pacarnya. Lalu, ia berpacaran dengan seseorang DJ hanya beberapa bulan. Hubungan mereka memang tidak lama, tetapi teman saya ini mengatakan ia sulit terlepas dari DJ ini karena sebetulnya ia dan DJ ini sudah bertunangan. Saya hanya bisa diam dan mendengar. Walaupun sebenarnya hati kecil saya sangat tidak percaya. Tapi mau berkata apa? Setahun berlalu, akhirnya teman saya ini berpacaran kembali dengan mantan pacarnya yang menjadikan dia selingkuhan. Teman saya ini baru saja lulus beberapa bulan lalu. Tepatnya 4 bulan lalu dan saya mendengar bahwa dia dilamar oleh mantan pacar yang sekaligus akan menjadi calon suami dia kelak. Tidak tanggung-tanggung, pernikahan akan berlangsung pada bulan maret nanti! Saya tidak berfikir negatif apapun tentang pernikahan mereka, saat mendengar hal itu saya hanya bisa stoned. Ya Allah ini teh serius? Sebab yang saya tau memang tidak ada angin apa-apa tentang keseriusan hubungan mereka. Saya sendiri, seiring berlalunya waktu sudah tidak begitu akrab dengan teman saya tersebut. Banyaknya hal yang terjadi dan konflik-konflik yang tidak terselesaikan membuat hubungan kami berantakan. Ditambah lagi dengan 'bumbu-bumbu pedas dan hangatnya kompor-kompor tetangga', yah sudahlah. Good bye.

Yang tidak terduga adalah saya malah dekat dengan salah seorang teman yang sekaligus senior dan musuh saya di masa lalu. Bukan musuh juga sih, tapi kami berdua sama-sama memiliki tingkat sentimental yang tinggi jika berhadapan. Sama-sama berwatak keras, sama-sama merasa selalu benar dan sama-sama memiliki gengsi yang sangat tinggi. Hingga akhirnya, ada banyak hal yang terjadi di akhir tahun 2011. Dimana saya sempat dibully untuk sesuatu yang agak kurang jelas sebetulnya tetapi saya juga malas untuk membalasnya. Dimana semua angkatan seperti bersatu untuk memusuhi saya karena 'kompor' dari seseorang yang pandai sekali berakting protagonis dan seolah-olah dia adalah orang yang paling menderita sedunia karena saya. Oh, God. Puhlease, you bitch!

Lambat laun, perlu sekitar 6 bulan setelah itu untuk mendapatkan teman-teman saya kembali. Teman-teman yang dulu sempat terhasut pun satu persatu mulai berfikir, bahwa apa yang mereka lakukan terhadap saya itu salah. Yang saya lakukan saat itu hanya bisa sabar, berdo'a dan terus berdo'a. Terdengar klise? Memang. Tapi tidak ada optioned lain yang bisa saya lakukan saat itu. Bayangkan, 24 jam saya harus berhadapan dengan serigala-serigala kelaparan tersebut. Satu kamar, satu rumah, bahkan satu lingkungan. Siapa yang tidak stress? Saya agak depresi saat itu. Urusan kuliah tidak baik, hubungan dengan siapapun buruk, saya sangat tertekan. Tidak ada seorang pun yang bisa di percaya. Saya selalu merasa insecure, tidak nafsu makan, tidak nafsu melakukan apapun, tetapi berdiam diri di rumah bukan sesuatu yang bagus. Saya disindir, dihina, dicaci, dimaki. Kepala saya sakit, tubuh saya rasanya gemetar. Ada rasa kemarahan yang sangat memuncak tetapi saya tidak bisa melakukan apapun. Di situlah mungkin Allah menunjukkan jalannya bahwa saya terlalu asyik dengan duniawi. Saya mulai berbenah lagi, mulai kembali lagi ke jalan di mana seharusnya saya berada. Selain itu, saya yang selalu tertutup masalah pribadi dengan keluarga, mulai dekat dengan keluarga. Terutama ibu saya. Saat itu saya tersadar bahwa keluarga akan selalu ada dan menerima keadaanmu di saat dan dalam hal apapun :)

2012, berlalu dengan baik. Saya merasa lebih baik. Hubungan dengan teman-teman juga mulai asyik, dengan keluarga, dengan tuhan. Saya merasa seperti saya yang baru. Di pertengahan tahun, saya mulai dekat dengan senior yang sekaligus musuh saya di jaman dahulu kala (HAHA!). Saya tidak bisa menceritakan dengan pasti bagaimana, tetapi kedekatan kami ini pun masih ada kaitannya dengan teman-teman yang pernah membully saya dulu. Teman-teman yang membully kami adalah teman kami sebetulnya. Teman akrab, teman satu rumah. Oh iya, teman saya yang dibully ini juga dulunya turut membully saya. Again and again, disebabkan karena mulut seseorang yang turut memanas-manasi keadaan lalu panaslah semua. Pada dasarnya juga, menurut pengamatan saya, manusia ini sukanya mendengar dan menerima-nerima saja semua informasi tanpa di filter dulu. Mbok ya pinteran dikit, piye?

Satu hal yang sangat saya syukuri setelah kejadian bully-membully itu adalah saya tidak dendam sama mereka yang membully saya. Saya hanya cukup menghindari saja, agar tidak muncul dendam ataupun bangkitnya kemarahan masa lalu. Ok, kembali pada teman saya. Sebut saja namanya L. Si L ini dibenci dan dijauhi tanpa dia mengetahui sebab dan kejadian sebetulnya apa dan kenapa. Si teman-teman yang telah dianggap L ini adalah sahabatnya malah menjauhi secara drastis. Bersenang-senang tanpa mengajak dirinya dan hal lainnya yang terang saja membuat L ini kebingungan. Saya pada saat itu hanya mengamati situasi tanpa mau ikut campur hubungan mereka. Toh, saya juga sudah berjanji pada diri saya untuk tidak terlibat dalam hubungan apapun dengan mereka. Tapi maaf, janji tersebut saya ingkari. Ada hal yang saya ketahui tentang kejahatan para pembully ini kepada L yang saya sudah tidak tahan lagi membiarkan L ini berusaha menyelesaikan masalahnya dan tenggelam dalam kebingungan seorang diri. Saat ada kesempatan untuk berdua dengan L, saya mengatakan semuanya pada L. Sesuatu yang diketahui oleh semua orang, tetapi tidak diketahui oleh L. Di saat semua orang menertawakanmu dan kamu tidak mengetahui apa yang mereka tertawakan itu adalah hal yang sangat membingungkan bukan? Awkward. Itulah yang terjadi pada L saat itu.

Saat saya menceritakan semua pada L, L langsung menangis. Menelpon pacarnya, ibunya dan sahabat-sahabatnya yang berada di tanah air. Saya sangat paham perasaannya bagaimana. Setelah itu hubungan L dengan para pembully itu tidak baik, tetapi justru sebaliknya L sangat baik hubungannya dengan tuhan. Sebab itu adalah cara terbaik yang bisa membuat hati dan hidup kita lebih tenang, ya kan? :)
L sendiri sudah berusaha mengklarifikasi dengan para pembully ada apa sebetulnya yang terjadi. Tetapi, para pembully bersikap seperti pecundang. Tidak mau mengatakan apa-apa dan tetap mengatakan "tidak ada apa-apa" dibalik "sangat ada apa-apa" sebetulnya. Entah, apa yang ada dalam akal pikiran mereka. Saya pun tidak mengerti.

Memang betul dengan pepatah "time will always tell". We will never know what will happen in the future. L ini akhirnya memutuskan untuk tinggal serumah, sekamar bahkan satu kasur dengan saya di beberapa bulan terakhirnya sebagai mahasiswi tingkat akhir. Saya hanya bisa membantunya sebisa saya. Saya tidak tahan melihatnya menangis. Apalagi saya tau pasti bagaimana perasaannya sebagai korban pembully-an. Disitu saya berjanji untuk berusaha membahagiakan dia (selain membahagiakan keluarga dan diri saya sendiri tentunya).

Hingga akhirnya, hubungan saya dan L ini seperti tidak bisa di pisahkan. Persahabatan yang terbentuk karena sebab dan akibat. Persahabatan yang terbentuk bukan hanya karena waktu. 

Itulah yang sampai saat ini menjadi misteri bagi diri saya. Sahabat yang saya pikir akan selamanya tinggal untuk saya malah berbalik 180 derajat dan seseorang yang sangat saya hindari di masa lalu, malah justru menjadi sahabat saya sekarang.

Selain itu, ada lagi hal yang sempat membuat saya kesal dan mengutuk diri saya sendiri. Saya yang seharusnya lulus di tahun ini, ada kemungkinan akan postpone hingga tahun depan *sigh*. Saya sendiri masih terus berusaha semaksimal mungkin mengejar ketinggalan-ketinggalan dan berharap semoga ada keajaiban sehingga saya bisa lulus tahun ini dengan nilai yang baik. AAMIIIIIIIIIIINNN YA RAB!

"Time will always tell" itu terus menerus terngiang dalam pikiran saya. Segala sesuatu yang terjadi sekarang memang tidak bisa kita prediksikan. Entah hal-hal tersebut bisa berubah 180 derajat dalam kehidupan kita di masa depan. Entah hal-hal yang sangat kita benci tersebut mungkin adalah hal yang paling baik untuk kita di masa depan. Dan hal yang kita anggap terbaik di masa sekarang bukanlah yang terbaik untuk kita di masa depan.

Pada akhirnya, ada banyak hikmah yang bisa saya petik dari beberapa kejadian di tahun-tahun yang sudah berlalu. Yang terpenting adalah tidak membenci hidup kita dan mengutuk apapun itu. Manusia memang hanya bisa berencana, tetapi apapun yang terjadi, rencana tuhan akan selalu indah. Walaupun pada awalnya kita pasti akan bertanya-tanya dan terjebak dalam kebingungan mengapa hal ini-itu terjadi.

Live your life to the fullest! Live in the moment! Do what you wanna do! Karena waktu yang sudah berlalu tidak akan mungkin bisa kembali. Tetap menjaga hubungan baik dengan yang sudah baik dan tetap baik kepada orang-orang yang 'tidak begitu' baik. Nikmati setiap momen yang ada.

Selamat menjalani hidup dengan senyuman! See you in the other post :)

Regards,
-A  

No comments: