Saturday 19 January 2013

Sejuta Cinta dan Do'a Menuju Surga

Palembang, 19 Januari 2013

Maafkan aku, nenek untuk segala kesalahan dan keegoisan cucumu.

Waktu aku masih remaja, aku tidak akan pernah menyangka bahwa aku akan sesedih ini ditinggalkan oleh seorang nenek yang begitu menyayangiku. Tidak pernah terbesit sekalipun bahwa aku akan sesakit ini ditinggalkan. Baru saja kemarin rasanya nenek menjemputku dibandara. Dengan uraian air mata tentunya. Lalu kemarin pula nenek meninggalkan aku. Bukan, bukan hanya aku. Tapi kami semua di sini, di dunia untuk selama-lamanya.

Aku tidak pernah ingin terlihat sedih apalagi menangis didepan orang. Dan aku pun memiliki syndrome tersebut, yang tidak pernah bisa menangis didepan orang lain. Tapi kemarin, aku menangis dalam diam. Hanya ada air mata, diam dan do'a. Di depan jenazahmu aku menangis. Aku belum bisa percaya bahwa engkau telah tiada secepat itu.

Firasat-firasat yang terjadi dua minggu sebelum kepulangan ku ke tanah air dan sebelum kepergianmu, kembali teringat dalam benakku. Semua beban yang sempat kutepis untuk menenangkan diriku sendiri. Baru kemarin, aku merasa menemukan jawaban atas segala risau hati yang saat itu tak kunjung menemukan jawaban.

Sejujurnya, selain merasa kehilangan, aku menangis untuk segala sesuatu yang belum sempat kulakukan untukmu. Ingin sekali rasanya selalu ada, merawat dan mendampingimu di saat engkau sedang sakit. Ingin sekali rasanya membalas segala kebaikan dan perhatian yang selalu dicurahkan oleh dirimu, Nek.

Aku pasti akan sangat merindukan hal-hal tersebut. Apalagi nenek suka sekali memasak kue-kue kecil seperti kue kojo dan srikaya. Buatan nenek memang tiada duanya!

Sedih rasanya, bahwa aku tidak bisa membalas perhatian nenek seperti nenek memperhatikan dan memikirkan aku. Apalagi aku hidup jauh dari kota dan negara ini. Nenek pasti menjadi orang pertama yang cemas akan segala sesuatu tentangku.

Nenek,
akan tiada lagi dirimu yang memaksa untuk ikut mengantar atau menjemputku di bandara
akan tiada lagi dirimu yang beruraian air mata melepaskan ku pergi atau menyambut kedatanganku
akan tiada lagi dirimu yang selalu menggenggam erat tanganku saat aku berada disisimu
akan tiada lagi dirimu yang selalu menelpon untuk datang kerumahmu, menikmati kue-kue buatanmu
akan tiada lagi dirimu yang selalu menanyakan keadaanku, keperluanku, keuanganku
akan tiada lagi dirimu yang memarahiku
dan akan tiada lagi hal lainnya yang akan selalu kurindukan...

Sampai surat ini kutulis, aku masih menangis dalam diam. Aku masih menangis dalam setiap do'a-do'a yang kutitipkan pada malaikat agar tuhan menempatkanmu disisi-NYA, Nenek.

Terima kasih atas segala perhatian dan larangannya yang aku tau, itu adalah yang terbaik untukku. 
Terima kasih Nenek, telah melahirkan anak yang menjadi ayahku. Anakmu merupakan ayah terhebat seluruh dunia untukku.

Selamat jalan nenek, sejuta kata tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan betapa cintanya aku padamu. Tapi do'aku, akan lebih dari sejuta kali untukmu. Akan kubuat malaikat sibuk dengan sejuta cinta dan do'a menuju surga.

Cucu yang sangat engkau cintai dan mencintaimu,

Ayu.

No comments: