Tuesday 8 January 2013

Little thing of me

Bonjour!

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak orang ketahui tentang saya. Logikanya juga, yaaa buat apa sih. Saya juga bukan public figure :p But hey, memperhatikan habit orang adalah habit saya. Saya bisa jalan sendirian kesuatu tempat, atau sekedar duduk-duduk menikmati lagu dan menyeruput segelas air hanya untuk memperhatikan sekitar saya. Menikmati kelakuan manusia itu menyenangkan ^^

Orang yang baru pertama kali mengenal saya, mostly mengatakan bahwa saya ini orangnya menyenangkan. Cepat akrab dan hangat dalam setiap obrolan. Luwes, lugas dan aktraktif sekali mencairkan setiap keadaan. Itu tidak bisa di hindari. Sudah bawaan orok :D

Tapi tidak dengan semua orang baru loh, saya bisa seperti ini. Saya bisa dengan first impression menilai karakterisitik orang tersebut seperti apa. Kalau dari awal saya sudah tidak sreg, ya saya tidak akan sreg selamanya dengan orang tersebut. Dan saya pun akan bersikap dingin dengan orang tersebut yang mostly kita ketahui nama lainnya adalah 'basa-basi'. Mungkin itulah yang dinamakan basic instinc. *denial*

Pada dasarnya, saya sendiri tidak bisa mendeskripsikan diri saya seperti apa. Sejujurnya, mendeskripsikan diri sendiri merupakan hal tersulit, bukan? Begitu pula dengan menyebutkan kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Tentu saja kekurangan sangat mudah disebutkan. Bagaimana dengan kelebihan? Yang saya tau cuma berat badan. Hahaha!

Kemarin, saya iseng nge-youtube Agnes Monica (again and again), dan disitu saya menemukan videonya menghadiri acara intens 1st anniversary bersama Olga Syahputra.Tentu saja persoalan percintaannya pun turut ditanyakan. Saya sempat berfikir dan terfikir, Agnes merupakan artis paling perfect di Indonesia. Cantik, muda, berbakat dengan sejuta talenta dan prestasi. Sebagian dari hidup saya memang terinspirasi dari dia (nah, another truth of me reveal). Tapi, jika dia adalah seorang wanita yang tangguh, independent, dan perfect, saya penasaran siapa yang akan menjadi calon suaminya nanti? :)

Seorang wanita tentu saja akan mencari pendamping hidup yang diatas dirinya. At least, setara. Setara dari berbagai aspek. Pendidikan, keluarga, kekayaan dan lain sebagainya. Saya sempat menuliskan di twitter tentang ini. Lalu seorang teman baik saya me-reply dan mengatakan: "yang perfect biasanya ga bersuami. I guess she's kind of kind girl who doesn't want to be controlled. She's so independent." Tau apa perasaan saya waktu baca itu? JLEB! Itu saya banget! Saya jadi berkaca pada diri sendiri. Saya selalu don't wanna be controlled! Saya selalu yang mengontrol. Itu selalu terjadi pada percintaan-percintaan saya sebelumnya. Sehingga, saya yang selalu menahkodai hubungan kami. Memikirkan ini, memutuskan itu, plan a, plan b, semuanya saya mengatur. Saat ada sedikit pertengkaran, even saya tau saya yang salah, mantan-mantan saya selalu menjadi pihak yang mengalah. Atau pada saat mantan saya ketahuan berselingkuh, saya tidak ada sedikit pun fight for him, fight for our relationship. Saya hanya akan dengan mudah dan entengnya mengatakan "saya tidak akan menanyakan kamu untuk memilih saya atau dia. Kalau kamu tidak bahagia bersama saya, saya akan melepaskan kamu." Itu yang selalunya saya ucapkan. Dan lagi-lagi lelaki yang berselingkuh akan berbalik semakin mengejar-ngejar dan memohon maaf dari saya. Disitu saya sama sekali belum atau bahkan tidak terfikir bahwa, sebetulnya mereka melakukan itu karena mereka merasa saya terlalu independent, keras, tidak membuat mereka merasakan seperti lelaki yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Memang tidak mudah untuk mengerti, tapi lambat laun waktu yang akan membuat kita berfikir, mematangkan usia dan juga pemikiran. 

Dibalik sosok saya yang menurut pandangan orang lain menyenangkan, saya sangat mudah kecewa dengan diri saya sendiri sebenarnya. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan saya, maka saya tidak akan memaafkan diri sendiri. Selalu total memberikan 100% terhadap apapun yang saya lakukan dan berharap orang lain juga akan memberikan 100% nya untuk saya. Meksipun selalu berakhir kecewa. Disitulah ada banyak hal pembelajaran-pembelajaran yang tidak bisa saya dapatkan disekolah. Mengenai masalah hidup. Saya tidak seharusnya berharap orang lain akan memperlakukan saya seperti saya memperlakukan mereka, tetapi tetaplah terus melakukan yang terbaik.

Semakin kesini, semakin bertambahnya umur, semakin bertambah pengalaman hidup dan semakin bertambahnya pemikiran-pemikiran yang matang, saya mulai menyadari dimana letak-letak kesalahan saya dan mulai berbenah hal-hal yang perlu dan tidak perlu saya lakukan, fikirkan, pedulikan. Saya paling mudah memaafkan orang lain, tetapi paling susah memaafkan diri sendiri. Berdamai dengan diri sendiri memang hal tersulit.

Ego-ego yang biasanya mengalahkan perasaan memang harus diatasi, ini mungkin yang tersulit. Mengingat saya orangnya sangat keras. Paling suka adu argumentasi, saya belum menang, saya belum merasa puas, ya saya tidak akan selesai. Begitu pula dengan gengsi, wah... minta ampun tingginya. Kalau sudah menyesal baru deh, saya akan mengatakan pada diri sendiri "makan tuh gengsi." :D

Hal lain yang semakin saya sadari unik dari diri saya adalah, saya paling suka menertawakan diri sendiri dalam hal apapun. Bukan maknanya saya merendahkan diri sendiri, tetapi jika biasanya saya selalu mengutuk kegagalan dan kesalahan saya, sekarang saya memiliki cara ampuh. Yaitu menertawakannya. Menyenangkan :) Tertawa memang obat paling ampuh sejauh ini, berusaha meminimalisir keadaan yang sudah carut-marut. Paling tidak ;)

Yah, begitulah yang bisa saya tulis sejauh ini. Entah apa yang akan terjadi di tahun depan. Semoga setelah saya menuliskan ini, saya bisa semakin lebih baik. Dengan rajin menulis, tentu saja kita me-record-kan setiap kejadian dan bisa menjadi gambaran saat kita flash back nanti di masa depan. Meskipun entah apa yang akan saya fikirkan nanti tentang tulisan yang saya tulis sekarang ini. Hahaha. 

Do your best, be brave and keep praying.

Regards,
-A

No comments: