Monday, 21 January 2013

Sakit Hati Itu Biasa, Maka Jatuh Cinta lah Sebanyak-banyaknya

Bonjour!

Hidup memanglah bukan sesuatu yang bisa kita perkirakan. Meski bisa diperkirakan pun, saya lebih memilih untuk tidak mengetahuinya. Kenapa? Ya, simpel saja. Apa enaknya menjalani sesuatu yang sudah kita ketahui apa yang akan terjadi?

Dalam kehidupan, pasti akan selalu ada sesuatu yang datang dan pergi, lahir dan mati, sakit dan menyakiti, cinta dan menyintai dan lain sebagainya. Saya tiba-tiba jadi teringat suatu percakapan dengan seorang teman baik saya. Dia mengatakan, dia adalah orang yang sangat setia, hanya saja dia belum menemukan seseorang yang tepat. Percakapan dengannya mengingatkan saya akan diri saya sendiri.

Sebelum memiliki pasangan, saya pasti akan berfikir dan merasa bahwa diri saya sudah cukup baik. Sudah cukup setia. Sudah cukup sabar dan lain sebagainya. Apalagi kalau diri saya menjadi pihak yang selalu dicurhati, pasti akal sehat saya berjalan dengan lancar. Lalu muncul lah kata "seandainya".

Di setiap do'a pun selalu saya selipkan agar saya diberikan seseorang yang baik. Hingga akhirnya, "seandainya" yang saya fikirkan menjadi nyata. Saya menemukan seseorang yang sangat baik dan mencintai saya pada saat itu. Namun, ditengah perjalanan hubungan kami, tentu banyak hal yang terjadi. Disitu saya mulai merasakan, bahwa memiliki pasangan yang baik saja belum cukup. Saya belum cukup sabar, belum cukup setia. Percintaan memang membuat akal sehat tidak bekerja. Kebanyakan adalah emosi. Belum lagi ego-ego yang beradu.

Cerita cinta lain adalah ketika kita stuck pada seseorang yang kita telah ketahui bahwa dia tidak mencintai kita. Ataupun, kita mencintai dia karena terbiasa. Kita terbiasa tersakiti, menjadi pihak yang mengejar, menjadi pihak yang berkorban, menjadi pihak yang selalu memberi. Mungkin, bertahan pada keadaan cinta yang selalu menyakitkan adalah sesuatu yang nyaman. Nyaman karena paling tidak, masih tetap dekat dengannya meskipun tiada ruang dihatinya untuk kita dan posisi yang telah kita ketahui dan sadari dengan pasti adalah akan tersakiti. Memang betul adanya dengan pepatah 'live in the moment'. Tapi, pepatah tersebut seringkali membuat kita lupa bahwa diri kita juga berharga. Diri kita juga perlu dihargai, diri kita perlu juga dicintai. Orang yang selalu stuck pada sesuatu yang sama itu mungkin lupa bahwa hidup itu seperti roda yang selalu berputar. Roda saja berputar, masa kita tetap stay pada kehidupan yang sama?

Mungkin karena banyaknya orang yang tidak siap menghadapi realita. Itulah kenapa banyak orang bertahan pada sesuatu hanya karena sesuatu yang simpel. Kenyamanan. Sehingga banyak orang pula yang lupa, bahwa kenyamanan itu lah yang akan membunuh mereka...

Saturday, 19 January 2013

Sejuta Cinta dan Do'a Menuju Surga

Palembang, 19 Januari 2013

Maafkan aku, nenek untuk segala kesalahan dan keegoisan cucumu.

Waktu aku masih remaja, aku tidak akan pernah menyangka bahwa aku akan sesedih ini ditinggalkan oleh seorang nenek yang begitu menyayangiku. Tidak pernah terbesit sekalipun bahwa aku akan sesakit ini ditinggalkan. Baru saja kemarin rasanya nenek menjemputku dibandara. Dengan uraian air mata tentunya. Lalu kemarin pula nenek meninggalkan aku. Bukan, bukan hanya aku. Tapi kami semua di sini, di dunia untuk selama-lamanya.

Aku tidak pernah ingin terlihat sedih apalagi menangis didepan orang. Dan aku pun memiliki syndrome tersebut, yang tidak pernah bisa menangis didepan orang lain. Tapi kemarin, aku menangis dalam diam. Hanya ada air mata, diam dan do'a. Di depan jenazahmu aku menangis. Aku belum bisa percaya bahwa engkau telah tiada secepat itu.

Firasat-firasat yang terjadi dua minggu sebelum kepulangan ku ke tanah air dan sebelum kepergianmu, kembali teringat dalam benakku. Semua beban yang sempat kutepis untuk menenangkan diriku sendiri. Baru kemarin, aku merasa menemukan jawaban atas segala risau hati yang saat itu tak kunjung menemukan jawaban.

Sejujurnya, selain merasa kehilangan, aku menangis untuk segala sesuatu yang belum sempat kulakukan untukmu. Ingin sekali rasanya selalu ada, merawat dan mendampingimu di saat engkau sedang sakit. Ingin sekali rasanya membalas segala kebaikan dan perhatian yang selalu dicurahkan oleh dirimu, Nek.

Aku pasti akan sangat merindukan hal-hal tersebut. Apalagi nenek suka sekali memasak kue-kue kecil seperti kue kojo dan srikaya. Buatan nenek memang tiada duanya!

Sedih rasanya, bahwa aku tidak bisa membalas perhatian nenek seperti nenek memperhatikan dan memikirkan aku. Apalagi aku hidup jauh dari kota dan negara ini. Nenek pasti menjadi orang pertama yang cemas akan segala sesuatu tentangku.

Nenek,
akan tiada lagi dirimu yang memaksa untuk ikut mengantar atau menjemputku di bandara
akan tiada lagi dirimu yang beruraian air mata melepaskan ku pergi atau menyambut kedatanganku
akan tiada lagi dirimu yang selalu menggenggam erat tanganku saat aku berada disisimu
akan tiada lagi dirimu yang selalu menelpon untuk datang kerumahmu, menikmati kue-kue buatanmu
akan tiada lagi dirimu yang selalu menanyakan keadaanku, keperluanku, keuanganku
akan tiada lagi dirimu yang memarahiku
dan akan tiada lagi hal lainnya yang akan selalu kurindukan...

Sampai surat ini kutulis, aku masih menangis dalam diam. Aku masih menangis dalam setiap do'a-do'a yang kutitipkan pada malaikat agar tuhan menempatkanmu disisi-NYA, Nenek.

Terima kasih atas segala perhatian dan larangannya yang aku tau, itu adalah yang terbaik untukku. 
Terima kasih Nenek, telah melahirkan anak yang menjadi ayahku. Anakmu merupakan ayah terhebat seluruh dunia untukku.

Selamat jalan nenek, sejuta kata tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan betapa cintanya aku padamu. Tapi do'aku, akan lebih dari sejuta kali untukmu. Akan kubuat malaikat sibuk dengan sejuta cinta dan do'a menuju surga.

Cucu yang sangat engkau cintai dan mencintaimu,

Ayu.

Wednesday, 16 January 2013

Kepada Kamu

Kepada kamu...

Tidak ada seorang pun yang menyukai perubahan. Meskipun setiap perubahan tidak bisa di hindari. Baik kita sadari ataupun tidak. Semua bisa saja terjadi oleh karena berbagai sebab. Tetapi perubahan yang terjadi padaku dan kamu, perubahan yang terjadi pada kita merupakan perubahan yang terjadi dikarenakan waktu.

Aku mengenalmu mungkin lima tahun yang lalu. Jika terlintas difikiran, lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Tentu sudah banyak hal yang telah terjadi. Tetapi tidak dengan kita. Lima tahun berlalu seperti baru terjadi kemarin. Seperti baru saja aku mengenalmu.

Jika ditanyakan padaku, kapan pertama kali mendengar namamu, tentu kau pun sudah tau bahwa aku mengetahui namamu dari salah seorang sahabat kita, Noi Aswari (@noiaswari). Saat itu memang tidak terbayangkan bahwa aku pun akan turut mengenalmu, dekat dan sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa hubungan kita akan lebih akrab daripada hubunganku dengannya yang telah mengenalkan aku padamu. Secara logikanya, aku mengenalmu karena alam semesta. Karena takdir. Disaat aku sedang sibuk dengan kegiatan jurnalistik ku, dan kamu sibuk dengan 'kontes ratu kecantikan' di kota kita waktu itu. Saat itu kebetulan aku mendapat bagian untuk mencari dan mewawancarai salah satu dari kalian yang berprestasi dan masih berstatus sebagai pelajar. Seingatku, semua itu terjadi di tahun 2007.

Sering kali aku flashback tentang apa yang aku lakukan untuk memulai percakapan pertama denganmu. Aku setengah berteriak memanggil namamu lalu kamu menoleh mencari sumber suara. Ya, lalu kamu menemukan aku. Yang sedikit berbasa-basi lalu meminta nomor kontakmu. Itulah pertama kalinya aku mendengar suara beratmu.

Semua berjalan biasa saja. Tidak ada yang spesial. Tapi entah kenapa, saat itu aku cukup merasa kagum dengan segala pembawaanmu yang lugas dan cerdas. Cantik dan menawan. Aku tidak akan pernah menyangka bahwa segala hal yang terjadi dalam hidupku sejak aku mengenalmu semua terjadi karenamu. Mungkin ini terdengar berlebihan. Tapi inilah keadaannya.

Kamu yang mengenalkan aku dengan Adhian (@adhian), seseorang dari masa lalumu yang kini menjadi seseorang yang juga bagian dalam hidupku. Aku tidak bisa memilih diantara kalian berdua, posisi kalian didalam hidupku sama-sama yang terbaik. Lalu, masa depanku sekarang. Dimana aku kuliah sekarang, semua gara-gara kamu. Kamu yang mengenalkan aku dengan Om Surya, owner Sriwijaya Foundation yang telah mengirim kita ke negara tetangga tersebut. Dengan si A, B, C, dan teman baik lainnya yang semuanya berawal darimu.

Sebetulnya, ada banyak hal lain yang belum aku katakan padamu. Salah satu alasan utamaku untuk pergi merantau ke negara yang sama saat kamu mengenyam pendidikan sarjanamu adalah aku inginkan untuk terus bersama kamu. Aku inginkan hubungan kita tetap erat sama seperti saat kita masih bersama dalam satu kota, negara dan menghirup udara yang sama. Perbedaan kota, waktu dan keadaan membuat komunikasi kita sempat berkurang. Walaupun aku tau, meskipun kita dalam satu kota pun, kita tetap jarang bertemu. Toh, kamu adalah seorang putri kecantikan dengan segala teman dan aktivitas yang tentu saja lebih penting daripada aku.

Lalu, saat aku berhasil menyusulmu ke negara tetangga. Aku berharap kita satu kota, satu kampus, paling tidak kita berdekatan. Ternyata tidak. Tempat kita sangat jauh. Perlu waktu 7 jam yang di tempuh jika menggunakan bus antar kota. Hiburanku saat itu, paling tidak aku menghirup udara di negara yang sama denganmu. Akan mudah untuk bertemu dan berbagi cerita denganmu lagi. Meskipun ternyata aku salah :')

Apakah kamu ingat saat kamu membawakan novel 5cm ku saat kamu baru pulang dari tanah air? Dan aku menyusulmu ke Kuala Lumpur hanya untuk mengambil novel itu. Sejujurnya, aku tidak menginginkan novel itu. Kalau kamu mau tau, sampai novel tersebut di jadikan layar lebar, aku masih belum selesai membacanya. Alasanku cuma satu dan mungkin tidak pernah kamu sadari, aku hanya ingin bertemu kamu dan berbagi sedikit cerita denganmu. Itulah sebabnya aku rela menempuh waktu 7 jam perjalanan hanya demi 10 menit pertemuan :)

Keinginanku sebetulnya sederhanya. Hanya ingin menghabiskan waktu yang banyak denganmu, berbagi cerita dan membuat memori untuk masa depan kita. Itulah kenapa, kita tidak memiliki banyak foto bersama. Karena kita terlalu sibuk membuat dan berbagi cerita. Karena menurutku pribadi, foto terindahku denganmu hanya tersimpan didalam memoriku. Sesederhana itu.

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Kamu telah lulus dan bekerja. Tahun ini pun kamu akan menikah dengan pujaan hatimu, kurang dari 6 bulan lagi. Ah, kamu akan segera memiliki kehidupan baru dan menjadi milik orang lain. Atau mungkin kamu akan hidup di kota lain mengikuti suamimu.

Sungguh perubahan yang cepat. Tanpa kita sadari tanpa kita bisa hindari. Waktu terus berlalu dan tidak akan pernah menunggu. Begitulah kisah persahabatan kita. Yang selalu jauh direntang waktu. 
 
Terakhir, aku minta maaf atas segala keterbatasan dan kekuranganku. Aku memang bukan seseorang diharapkan untuk menjadi seorang sahabat yang baik untukmu. Tetapi tidak mungkin pula untuk menepis takdir, bukan? Ini adalah surat pertama di #30HariMenulisSuratCinta yang kutulis. Dan tulisan pertamaku ini kupersembahkan untukmu. Kepada kamu, sahabatku Nanda Alhumaira (@alhumaira) yang telah memberikan banyak perubahan untuk hidupku.

Lovesssss,
Trianti Ayu Amelia

Tuesday, 8 January 2013

Little thing of me

Bonjour!

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak orang ketahui tentang saya. Logikanya juga, yaaa buat apa sih. Saya juga bukan public figure :p But hey, memperhatikan habit orang adalah habit saya. Saya bisa jalan sendirian kesuatu tempat, atau sekedar duduk-duduk menikmati lagu dan menyeruput segelas air hanya untuk memperhatikan sekitar saya. Menikmati kelakuan manusia itu menyenangkan ^^

Orang yang baru pertama kali mengenal saya, mostly mengatakan bahwa saya ini orangnya menyenangkan. Cepat akrab dan hangat dalam setiap obrolan. Luwes, lugas dan aktraktif sekali mencairkan setiap keadaan. Itu tidak bisa di hindari. Sudah bawaan orok :D

Tapi tidak dengan semua orang baru loh, saya bisa seperti ini. Saya bisa dengan first impression menilai karakterisitik orang tersebut seperti apa. Kalau dari awal saya sudah tidak sreg, ya saya tidak akan sreg selamanya dengan orang tersebut. Dan saya pun akan bersikap dingin dengan orang tersebut yang mostly kita ketahui nama lainnya adalah 'basa-basi'. Mungkin itulah yang dinamakan basic instinc. *denial*

Pada dasarnya, saya sendiri tidak bisa mendeskripsikan diri saya seperti apa. Sejujurnya, mendeskripsikan diri sendiri merupakan hal tersulit, bukan? Begitu pula dengan menyebutkan kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Tentu saja kekurangan sangat mudah disebutkan. Bagaimana dengan kelebihan? Yang saya tau cuma berat badan. Hahaha!

Kemarin, saya iseng nge-youtube Agnes Monica (again and again), dan disitu saya menemukan videonya menghadiri acara intens 1st anniversary bersama Olga Syahputra.Tentu saja persoalan percintaannya pun turut ditanyakan. Saya sempat berfikir dan terfikir, Agnes merupakan artis paling perfect di Indonesia. Cantik, muda, berbakat dengan sejuta talenta dan prestasi. Sebagian dari hidup saya memang terinspirasi dari dia (nah, another truth of me reveal). Tapi, jika dia adalah seorang wanita yang tangguh, independent, dan perfect, saya penasaran siapa yang akan menjadi calon suaminya nanti? :)

Seorang wanita tentu saja akan mencari pendamping hidup yang diatas dirinya. At least, setara. Setara dari berbagai aspek. Pendidikan, keluarga, kekayaan dan lain sebagainya. Saya sempat menuliskan di twitter tentang ini. Lalu seorang teman baik saya me-reply dan mengatakan: "yang perfect biasanya ga bersuami. I guess she's kind of kind girl who doesn't want to be controlled. She's so independent." Tau apa perasaan saya waktu baca itu? JLEB! Itu saya banget! Saya jadi berkaca pada diri sendiri. Saya selalu don't wanna be controlled! Saya selalu yang mengontrol. Itu selalu terjadi pada percintaan-percintaan saya sebelumnya. Sehingga, saya yang selalu menahkodai hubungan kami. Memikirkan ini, memutuskan itu, plan a, plan b, semuanya saya mengatur. Saat ada sedikit pertengkaran, even saya tau saya yang salah, mantan-mantan saya selalu menjadi pihak yang mengalah. Atau pada saat mantan saya ketahuan berselingkuh, saya tidak ada sedikit pun fight for him, fight for our relationship. Saya hanya akan dengan mudah dan entengnya mengatakan "saya tidak akan menanyakan kamu untuk memilih saya atau dia. Kalau kamu tidak bahagia bersama saya, saya akan melepaskan kamu." Itu yang selalunya saya ucapkan. Dan lagi-lagi lelaki yang berselingkuh akan berbalik semakin mengejar-ngejar dan memohon maaf dari saya. Disitu saya sama sekali belum atau bahkan tidak terfikir bahwa, sebetulnya mereka melakukan itu karena mereka merasa saya terlalu independent, keras, tidak membuat mereka merasakan seperti lelaki yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Memang tidak mudah untuk mengerti, tapi lambat laun waktu yang akan membuat kita berfikir, mematangkan usia dan juga pemikiran. 

Dibalik sosok saya yang menurut pandangan orang lain menyenangkan, saya sangat mudah kecewa dengan diri saya sendiri sebenarnya. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan saya, maka saya tidak akan memaafkan diri sendiri. Selalu total memberikan 100% terhadap apapun yang saya lakukan dan berharap orang lain juga akan memberikan 100% nya untuk saya. Meksipun selalu berakhir kecewa. Disitulah ada banyak hal pembelajaran-pembelajaran yang tidak bisa saya dapatkan disekolah. Mengenai masalah hidup. Saya tidak seharusnya berharap orang lain akan memperlakukan saya seperti saya memperlakukan mereka, tetapi tetaplah terus melakukan yang terbaik.

Semakin kesini, semakin bertambahnya umur, semakin bertambah pengalaman hidup dan semakin bertambahnya pemikiran-pemikiran yang matang, saya mulai menyadari dimana letak-letak kesalahan saya dan mulai berbenah hal-hal yang perlu dan tidak perlu saya lakukan, fikirkan, pedulikan. Saya paling mudah memaafkan orang lain, tetapi paling susah memaafkan diri sendiri. Berdamai dengan diri sendiri memang hal tersulit.

Ego-ego yang biasanya mengalahkan perasaan memang harus diatasi, ini mungkin yang tersulit. Mengingat saya orangnya sangat keras. Paling suka adu argumentasi, saya belum menang, saya belum merasa puas, ya saya tidak akan selesai. Begitu pula dengan gengsi, wah... minta ampun tingginya. Kalau sudah menyesal baru deh, saya akan mengatakan pada diri sendiri "makan tuh gengsi." :D

Hal lain yang semakin saya sadari unik dari diri saya adalah, saya paling suka menertawakan diri sendiri dalam hal apapun. Bukan maknanya saya merendahkan diri sendiri, tetapi jika biasanya saya selalu mengutuk kegagalan dan kesalahan saya, sekarang saya memiliki cara ampuh. Yaitu menertawakannya. Menyenangkan :) Tertawa memang obat paling ampuh sejauh ini, berusaha meminimalisir keadaan yang sudah carut-marut. Paling tidak ;)

Yah, begitulah yang bisa saya tulis sejauh ini. Entah apa yang akan terjadi di tahun depan. Semoga setelah saya menuliskan ini, saya bisa semakin lebih baik. Dengan rajin menulis, tentu saja kita me-record-kan setiap kejadian dan bisa menjadi gambaran saat kita flash back nanti di masa depan. Meskipun entah apa yang akan saya fikirkan nanti tentang tulisan yang saya tulis sekarang ini. Hahaha. 

Do your best, be brave and keep praying.

Regards,
-A

Sunday, 6 January 2013

Time will always tell

Bonjour, Readers!

Sejujurnya di blog saya ini sudah banyak sekali draft-draft calon postingan yang belom sempat dipublish. Hihi. Lebih jujur lagi adalah, saya masih tidak percaya kalo sekarang saya hidup di tahun 2013. Kalo di lift-lift biasanya kita tidak menemukan angka 13, diganti sama 12A. Jadilah sekarang kita hidup di tahun 2012A. Hahaha *ndasmu!

Yak, banyak sekali yang sudah terjadi dalam hidup ini tanpa kita sadari. Siapa-siapa saja teman kita yang datang dan pergi, perkuliah, keuangan, hubungan dengan si ini dan itu dan lain halnya. Saya sendiri sempat introspeksi dan flashback ke beberapa tahun silam tepatnya setelah saya lulus SMA. 3 tahun dan tahun ini memasuki tahun ke 4. Saya juga masih tidak percaya bahwa saya sudah memasuki usia kepala dua dan tepatnya tahun ini akan memasuki 21 tahun. Dimana saya legal melakukan hal baru akan yang legal di usia saya nanti, walaupun apa yang akan legal tahun ini telah saya lakukan di tahun-tahun saya saat masih belasan :p

3 tahun berlalu sempat membuat saya berfikir, "Saya sudah melakukan apa saja? Apa yang telah saya dapatkan?." Rasanya seperti 0. Oh, kecuali masalah pertemanan dan nilai hidup sih. Di hampir tahun saya mengadu nasib saya untuk hidup di negara orang lain tanpa sanak saudara. Dengan membawa sejuta mimpi dan harapan keluarga. Sedangkan saya sendiri pada saat itu yang masih sedikit 'manja' merasa sangat bebas. Layaknya remaja labil yang biasa di penjara. Merasa bebas, tanpa aturan, bisa melakukan apa saja. Lupa dengan niat dan tujuan saya kesini. 

Sempat akrab dengan dunia malam, kehidupan glamour, taunya hanya bersenang-senang dan hal duniawi lainnya. Urusan dengan tuhan? Sudah tentu saya lupa. Sholatnya saja ketika saya kembali ke tanah air. Boro-boro urusan mengaji dan lainnya. Ah, rasanya sedih sekali kalau teringat hal itu lagi. Ya, membuka dan melakukan dosa memang lebih mudah daripada mengakuinya kan?.

2013 ini, ada banyak hal yang mengejutkan saya. Seperti beberapa teman sepermainan saya yang akan menikah di tahun ini. Totalnya mungkin kurang lebih ada 5 orang yang akan menikah. Saya masih sangat ingat dua tahun sebelum ini, mereka hanyalah remaja labil sama seperti saya. Masih hobi main. Pacaran juga tidak serius. Salah satu dari mereka yang akan saya ceritakan disini adalah teman terdekat saya dulunya. Dia orangnya sangat tertutup mengenai hal pribadinya, kecuali kepada saya. Dia hanya terbuka kepada saya. Saya ingat sekali bagaimana dulu dia menjalani hubungan dengan seorang lelaki yang setelah 8 bulan berpacaran dia baru mengetahui bahwa dia hanyalah selingkuhan dari hubungan lelaki itu dan pacarnya. Lalu, ia berpacaran dengan seseorang DJ hanya beberapa bulan. Hubungan mereka memang tidak lama, tetapi teman saya ini mengatakan ia sulit terlepas dari DJ ini karena sebetulnya ia dan DJ ini sudah bertunangan. Saya hanya bisa diam dan mendengar. Walaupun sebenarnya hati kecil saya sangat tidak percaya. Tapi mau berkata apa? Setahun berlalu, akhirnya teman saya ini berpacaran kembali dengan mantan pacarnya yang menjadikan dia selingkuhan. Teman saya ini baru saja lulus beberapa bulan lalu. Tepatnya 4 bulan lalu dan saya mendengar bahwa dia dilamar oleh mantan pacar yang sekaligus akan menjadi calon suami dia kelak. Tidak tanggung-tanggung, pernikahan akan berlangsung pada bulan maret nanti! Saya tidak berfikir negatif apapun tentang pernikahan mereka, saat mendengar hal itu saya hanya bisa stoned. Ya Allah ini teh serius? Sebab yang saya tau memang tidak ada angin apa-apa tentang keseriusan hubungan mereka. Saya sendiri, seiring berlalunya waktu sudah tidak begitu akrab dengan teman saya tersebut. Banyaknya hal yang terjadi dan konflik-konflik yang tidak terselesaikan membuat hubungan kami berantakan. Ditambah lagi dengan 'bumbu-bumbu pedas dan hangatnya kompor-kompor tetangga', yah sudahlah. Good bye.

Yang tidak terduga adalah saya malah dekat dengan salah seorang teman yang sekaligus senior dan musuh saya di masa lalu. Bukan musuh juga sih, tapi kami berdua sama-sama memiliki tingkat sentimental yang tinggi jika berhadapan. Sama-sama berwatak keras, sama-sama merasa selalu benar dan sama-sama memiliki gengsi yang sangat tinggi. Hingga akhirnya, ada banyak hal yang terjadi di akhir tahun 2011. Dimana saya sempat dibully untuk sesuatu yang agak kurang jelas sebetulnya tetapi saya juga malas untuk membalasnya. Dimana semua angkatan seperti bersatu untuk memusuhi saya karena 'kompor' dari seseorang yang pandai sekali berakting protagonis dan seolah-olah dia adalah orang yang paling menderita sedunia karena saya. Oh, God. Puhlease, you bitch!

Lambat laun, perlu sekitar 6 bulan setelah itu untuk mendapatkan teman-teman saya kembali. Teman-teman yang dulu sempat terhasut pun satu persatu mulai berfikir, bahwa apa yang mereka lakukan terhadap saya itu salah. Yang saya lakukan saat itu hanya bisa sabar, berdo'a dan terus berdo'a. Terdengar klise? Memang. Tapi tidak ada optioned lain yang bisa saya lakukan saat itu. Bayangkan, 24 jam saya harus berhadapan dengan serigala-serigala kelaparan tersebut. Satu kamar, satu rumah, bahkan satu lingkungan. Siapa yang tidak stress? Saya agak depresi saat itu. Urusan kuliah tidak baik, hubungan dengan siapapun buruk, saya sangat tertekan. Tidak ada seorang pun yang bisa di percaya. Saya selalu merasa insecure, tidak nafsu makan, tidak nafsu melakukan apapun, tetapi berdiam diri di rumah bukan sesuatu yang bagus. Saya disindir, dihina, dicaci, dimaki. Kepala saya sakit, tubuh saya rasanya gemetar. Ada rasa kemarahan yang sangat memuncak tetapi saya tidak bisa melakukan apapun. Di situlah mungkin Allah menunjukkan jalannya bahwa saya terlalu asyik dengan duniawi. Saya mulai berbenah lagi, mulai kembali lagi ke jalan di mana seharusnya saya berada. Selain itu, saya yang selalu tertutup masalah pribadi dengan keluarga, mulai dekat dengan keluarga. Terutama ibu saya. Saat itu saya tersadar bahwa keluarga akan selalu ada dan menerima keadaanmu di saat dan dalam hal apapun :)

2012, berlalu dengan baik. Saya merasa lebih baik. Hubungan dengan teman-teman juga mulai asyik, dengan keluarga, dengan tuhan. Saya merasa seperti saya yang baru. Di pertengahan tahun, saya mulai dekat dengan senior yang sekaligus musuh saya di jaman dahulu kala (HAHA!). Saya tidak bisa menceritakan dengan pasti bagaimana, tetapi kedekatan kami ini pun masih ada kaitannya dengan teman-teman yang pernah membully saya dulu. Teman-teman yang membully kami adalah teman kami sebetulnya. Teman akrab, teman satu rumah. Oh iya, teman saya yang dibully ini juga dulunya turut membully saya. Again and again, disebabkan karena mulut seseorang yang turut memanas-manasi keadaan lalu panaslah semua. Pada dasarnya juga, menurut pengamatan saya, manusia ini sukanya mendengar dan menerima-nerima saja semua informasi tanpa di filter dulu. Mbok ya pinteran dikit, piye?

Satu hal yang sangat saya syukuri setelah kejadian bully-membully itu adalah saya tidak dendam sama mereka yang membully saya. Saya hanya cukup menghindari saja, agar tidak muncul dendam ataupun bangkitnya kemarahan masa lalu. Ok, kembali pada teman saya. Sebut saja namanya L. Si L ini dibenci dan dijauhi tanpa dia mengetahui sebab dan kejadian sebetulnya apa dan kenapa. Si teman-teman yang telah dianggap L ini adalah sahabatnya malah menjauhi secara drastis. Bersenang-senang tanpa mengajak dirinya dan hal lainnya yang terang saja membuat L ini kebingungan. Saya pada saat itu hanya mengamati situasi tanpa mau ikut campur hubungan mereka. Toh, saya juga sudah berjanji pada diri saya untuk tidak terlibat dalam hubungan apapun dengan mereka. Tapi maaf, janji tersebut saya ingkari. Ada hal yang saya ketahui tentang kejahatan para pembully ini kepada L yang saya sudah tidak tahan lagi membiarkan L ini berusaha menyelesaikan masalahnya dan tenggelam dalam kebingungan seorang diri. Saat ada kesempatan untuk berdua dengan L, saya mengatakan semuanya pada L. Sesuatu yang diketahui oleh semua orang, tetapi tidak diketahui oleh L. Di saat semua orang menertawakanmu dan kamu tidak mengetahui apa yang mereka tertawakan itu adalah hal yang sangat membingungkan bukan? Awkward. Itulah yang terjadi pada L saat itu.

Saat saya menceritakan semua pada L, L langsung menangis. Menelpon pacarnya, ibunya dan sahabat-sahabatnya yang berada di tanah air. Saya sangat paham perasaannya bagaimana. Setelah itu hubungan L dengan para pembully itu tidak baik, tetapi justru sebaliknya L sangat baik hubungannya dengan tuhan. Sebab itu adalah cara terbaik yang bisa membuat hati dan hidup kita lebih tenang, ya kan? :)
L sendiri sudah berusaha mengklarifikasi dengan para pembully ada apa sebetulnya yang terjadi. Tetapi, para pembully bersikap seperti pecundang. Tidak mau mengatakan apa-apa dan tetap mengatakan "tidak ada apa-apa" dibalik "sangat ada apa-apa" sebetulnya. Entah, apa yang ada dalam akal pikiran mereka. Saya pun tidak mengerti.

Memang betul dengan pepatah "time will always tell". We will never know what will happen in the future. L ini akhirnya memutuskan untuk tinggal serumah, sekamar bahkan satu kasur dengan saya di beberapa bulan terakhirnya sebagai mahasiswi tingkat akhir. Saya hanya bisa membantunya sebisa saya. Saya tidak tahan melihatnya menangis. Apalagi saya tau pasti bagaimana perasaannya sebagai korban pembully-an. Disitu saya berjanji untuk berusaha membahagiakan dia (selain membahagiakan keluarga dan diri saya sendiri tentunya).

Hingga akhirnya, hubungan saya dan L ini seperti tidak bisa di pisahkan. Persahabatan yang terbentuk karena sebab dan akibat. Persahabatan yang terbentuk bukan hanya karena waktu. 

Itulah yang sampai saat ini menjadi misteri bagi diri saya. Sahabat yang saya pikir akan selamanya tinggal untuk saya malah berbalik 180 derajat dan seseorang yang sangat saya hindari di masa lalu, malah justru menjadi sahabat saya sekarang.

Selain itu, ada lagi hal yang sempat membuat saya kesal dan mengutuk diri saya sendiri. Saya yang seharusnya lulus di tahun ini, ada kemungkinan akan postpone hingga tahun depan *sigh*. Saya sendiri masih terus berusaha semaksimal mungkin mengejar ketinggalan-ketinggalan dan berharap semoga ada keajaiban sehingga saya bisa lulus tahun ini dengan nilai yang baik. AAMIIIIIIIIIIINNN YA RAB!

"Time will always tell" itu terus menerus terngiang dalam pikiran saya. Segala sesuatu yang terjadi sekarang memang tidak bisa kita prediksikan. Entah hal-hal tersebut bisa berubah 180 derajat dalam kehidupan kita di masa depan. Entah hal-hal yang sangat kita benci tersebut mungkin adalah hal yang paling baik untuk kita di masa depan. Dan hal yang kita anggap terbaik di masa sekarang bukanlah yang terbaik untuk kita di masa depan.

Pada akhirnya, ada banyak hikmah yang bisa saya petik dari beberapa kejadian di tahun-tahun yang sudah berlalu. Yang terpenting adalah tidak membenci hidup kita dan mengutuk apapun itu. Manusia memang hanya bisa berencana, tetapi apapun yang terjadi, rencana tuhan akan selalu indah. Walaupun pada awalnya kita pasti akan bertanya-tanya dan terjebak dalam kebingungan mengapa hal ini-itu terjadi.

Live your life to the fullest! Live in the moment! Do what you wanna do! Karena waktu yang sudah berlalu tidak akan mungkin bisa kembali. Tetap menjaga hubungan baik dengan yang sudah baik dan tetap baik kepada orang-orang yang 'tidak begitu' baik. Nikmati setiap momen yang ada.

Selamat menjalani hidup dengan senyuman! See you in the other post :)

Regards,
-A