Tuesday, 30 October 2012

Happy 31st October! Selamat 3 tahun merantau!

Happy 31st october!

Hallo, strangers. Apa yang ada dibenak kalian mengenai tanggal 31 oktober? Halloween kah? :)
Pikiran saya kembali kepada 3 tahun lalu, tepatnya 31 oktober 2009. Pada hari itu tepat keberangkatan saya dari Palembang menuju Kuala Lumpur, untuk melanjutkan degree saya di Universiti Malaysia Perlis. Pada hari itu, saya, Dea, Intan, Aan dan 'Noname' berangkat bersama. Dengan maskapai penerbangan Airasia (yang cuma satu-satunya direct flight Palembang-Kuala Lumpur), kami berlima terbang ke Kuala Lumpur untuk berjumpa 5 rekan kami lainnya (Ina, Azka, Iman, Fakhri, Baby)yang berasal dari Jakarta.


Beginilah tampang saya 3 tahun lalu *chocked*

 Tas pinggang yang menandakan turis abis :)) well, itu paksaan. Isinya ribuan ringgit

Pada saat hari keberangkatan itu, saya sama sekali tidak merasakan kesedihan. Yang saya rasakan hanyalah excited. Saya akan mengalami dan menjumpai hal-hal baru. Jauh dari orangtua, mandiri, dan lain sebagainya. Sempat terlintas dibenak saya, bagaimana nantinya saya akan menjalani segala sesuatunya sendirian. Mengingat biasanya, saya terlalu manja difasilitasi oleh orangtua saya. Ayah saya yang teramat sangat posesif dan boleh dibilang, saya salah satu anak kesayangan beliau. Mengingat universiti saya ini adalah universiti negeri, dimana student diharuskan tinggal di asrama, saya sempat berfikir....Oh, well. Terfikirkan bagaimana saya harus tidur dikamar berukuran sedang yang terbagi beberapa space untuk beberapa student. Sudah bisa dipastikan tidak akan ada pendingin ruangan dikamar. Dimana saya selalu bisa menjumpainya dirumah. Bahkan diseluruh penjuru ruangan rumah saya. Dimana saya akan mencuci, menjemur, lalu menyetrika baju-baju saya sendirian. Yang notabene saya jarang sekali (hampir tidak pernah) melakukan aktivitas tersebut dirumah. Ataupun menyapu dan mengepel rumah saya nantinya. Untungnya saya bukan tumplek-blek betul-betul anak mami-papi, anak pembantu yang manja sekali semuanya harus diurusi oleh pembantu. Tidak. Saya bisa, tetapi saya jarang melakukannya. Sekarang jika saya terfikir lagi akan hal 3 tahun lalu itu, saya akan berkata betapa angkuhnya saya :)

Bulan-bulan pertama saya jalani, semua lancar saja. Aman dan bahagia. Apalagi saat itu, semua kepercayaan orang tua diberikan penuh kepada saya. Terutama soal keuangan. Rasanya, uang saya seperti keran bocor. Terus mengalir, terus berlimpah dan terus saja boros. Ayah saya yang amat sangat concern dengan kesehatan, selalu mengingatkan agar saya selalu membeli makanan yang sehat dan bergizi serta susu, buah yang cukup. Oh iya, stok air putih yang banyak! Tidak lupa ayah saya menyertakan surat yang berisi poin-poin nasihat kepada saya. Okay daddy, i got it :D

12th Desember 2009, tepatnya.
Saya memiliki seorang kekasih (pacar sih, bahasa gaulnya) yang merupakan orang arab. Kewarganegaraan Syiria dan tinggal di Saudi Arabia. Dia baik, teramat sangat baik. Bisa dibilang, he was the perfect boyfriend that i ever had. Setiap anniversary, dia tidak pernah lupa mengucapkan pada saya. Selalu dia lebih dulu yang mengucapkan. Memberikan surprise disetiap bulan. Wajibnya, dia pasti memberikan saya sekotak ferrero rocher setiap anniversary :) i coulda say that he was my life at the time.

Nah, it was the first time i met him. Btw, not me who taken this picture :))

Our 1st date. And he had a mustache! HAHAHA
And his 1st surprise after we...finally, together :')
 He gave me surprise when i turn 18th years old :')
Tahun 2010 pun berjalan dengan sangat lancar. Saking lancarnya, saya pun seperti terlalu bersenang-senang. Sepertinya saya terlalu melupakan tuhan ditahun itu...*sigh*
Di akhir tahun 2010, cobaan mulai datang menghampiri. Pacar saya pindah kuliah ke kota lain. Kuala lumpur tepatnya. *exhale*
Sejujurnya, saya sangat menentang perpindahannya kesana, tetapi saya bisa berbuat apa? :(

Tahun 2011, kami mulai sering bertengkar. Mungkin dengan jauhnya kami, misscommunication makin sering terjadi. Wajar saja, saya adalah seseorang yang teramat sangat independent dan cuek. Biasanya, saya selalu bersama-sama Dia, pacar saya. Jadi, saya tidak perlu melapor apa, kemana, bagaimana, siapa, dan dimana saya. Setelah LDR, semua terasa berat, yaaa itu adalah dampak dari kecuekan saya tersebut juga. Belum lagi, pergaulan Dia di KL yang makin membuat saya.... Duuuuhhh.
Lalu, di bulan maret, saya masih ingat sekali dengan jelas. Saya terakhir kali bertemu dengannya. Saya mengantar di ke airport, dia akan kembali ke saudi arabia, yang sebelumnya ia harus transit di Dubai. Sebelumnya, saya sempat seharian berjalan-jalan dengannya, menghabiskan waktu bersama. Mencari oleh-oleh untuk adik semata wayangnya dan membantu Dia packing-packing.
Disituah, terakhir kali dia menggenggam tangan saya. Lalu memeluk saya terakhir kalinya seraya berkata "just pray for me, i don't even know what will happen to me. May God let me back to here again.". At the time, i was thinking.... "What the hell are you saying, honey?"
Here we go! That was the last picture that i took on the last day we met :(
Oh iya, dihari terakhir itu, saya memegang dua tiket. Satu, untuk kembali ke Perlis. Satu lagi ke Singapore. Saya tau sekali, dia paling tidak suka saya pergi ke singapore tanpa dia. Dia takut saya pergi ketempat-tempat hiburan dan dia teramat cemas akan ada orang yang mencelakai saya :(
Terbayang lagi dibenak saya, pada saat kita menghabiskan waktu bersama sebelum dia berangkat, saya sempat pergi sendirian untuk menukar uang. Ya, saya menukar uang ringgit saya ke dollar Singapore, tanpa dia ketahui. Sementara dia pergi mengambil oleh-oleh untuk adiknya. Sebelumnya dia sudah berpesan kepada saya untuk menunggunya didepan tangga monorail. Tapi saya...kabur sebentar :D
And you know, pada saat saya menukarkan uang itu, keadaan agak ramai. Disitu saya berfikir, pasti dia sudah menunggu saya. Benar saja. Dia menunggu dan mencari saya dengan cemasnya. Saya masih ingat betul bagaimana expresi dia setelah menemukan saya. Dia tersenyum lalu memeluk saya dengan erat. Seolah kami adalah adam dan hawa, yang sudah lama tidak bertemu. He whispered to me "i'm sorry honey" Errr... Harusnya saya yang minta maaf. Tapi biarlah, dia berfikir karena dia terlalu lama makanya saya bosan lalu jalan-jalan sendiri :D hihihi
Oh iya, kembali lagi. Akhirnya saya putuskan untuk check in dua flight tersebut.ditengah kebimbangan tersebut, entah kenapa kaki saya pun terus melangkah ke gate tujuan singapore dan akhirnya passport saya dicap! :O
Yak, finally my decision was Singapore! Maaf, itu adalah kebohongan saya yang terakhir sepertinya...
Di Singapore pun, hati saya tidak terlalu tenang. Saya terfikirkan dia. Lalu setelah dinner di sekitaran esplanade, saya dan teman-teman duduk menonton mini concert. Woah, romantis sekali pikir saya. I should back here again, one day with my boyfie.
Ternyata tidak. Dua minggu setelah kepulangan saya ke Perlis, dia tidak mengontak saya dan singkat cerita, kita putus.....
Menyedihkan, kita putus saat berjauhan dan putus melalui internet. Sungguh 1,5 tahun yang sia-sia. Dan lebih lagi, dia mengatakan kepada saya "I dont know, i will back to KL again or not". Hmmmh... Yasudahlah.

Masalah lainnya adalah, renggangnya hubungan saya dengan teman-teman. Fitnah ini itu memang kejam. Saya cukup mengalami banyak kejadian yang sangat tidak menyenangkan. Intinya sih, mulut manusia itu hebat. Seperti masakan, makanan mentah jika diolah pasti terasa nikmat. Hmh, saya rasa yang ini tidak perlu saya ceritakan ya? Terlalu complicated.
Me and my housmates. I realized at the time we were all happy. Until someone who hated me so much destroyed and influenced some bad things to others. What a shame, YOU!
Dan yang terakhir, adalah result saya yang... Pas-pasan. Mungkin akibat terlalu banyak main. Okay, dosa masa lalu. Sehingga mempersulit saya memperpanjang visa :(

Tahun 2012,
Tentu saja saya berusaha bangkit. Kehidupan asrama yang dulu difikiran saya seperti ala yang telah saya tuliskan diatas, ternyata tidak juga. Alhamdulillah asrama saya berbentuk kompleks perumahan, dengan kamar 4 yang seharusnya diisi oleh 6 orang. Tetapi tidak, rumah saya cukup 1 orang 1 kamar, bahkan bisa memilih mau kamar ber-AC atau tidak. Kamar mandi dalam atau tidak. Depend on our self, sanggup bayar? No problemo :)
Begitu juga soal cuci mencuci. Ah, kalo terlalu sibuk, apa susahnya dilaundry sih? :p
Hehehe memang ya, semuanya itu akan terasa sangat ribet dan rumit kalo difikirkan. Kalo dijalani? Tidak sesulit yang dibayangkan :)

Lalu, perpecahan dengan teman-teman saya, satu persatu mulai terkuak. Yang sempat terpengaruh, sekarang sudah baik lagi, yang setan, ya tetap setan sih. Namanya juga mak setan. Maunya fitnah orang aja :) lucunya lagi, doi bisa aja bilang ke orang-orang kalo saya yang fitnah dia. Duh, lempar batu sembunyi ditangan banget. Siapa nuduh siapa.... -_-
Tapi tetep, allah itu adil. Sekarang pun sudah terlihat siapa yang benar atau salah ;)

Terakhir, hubungan saya dengan salah satu kakak senior mulai membaik. Leilanie Nadia namanya. Sama-sama berwatak keras dan angkuh (dulunya). Disegani teman-teman dan junior-juniornya, ya bisa dibilang seperti kepala gank sih :D Herannya sih, doi paling demen berantem sama saya. Sekaligus paling cocok dengan saya juga. Guess, why? Hahaha saya pun ga tau.
Nah, cerita tentang Nadia ini panjang juga. Nantilah akan saya ceritakan di postingan berikutnya kapan-kapan :p

Oh well, welcome 31st october! Selamat 3 tahun!
Semoga kita cepat lulus, menghapus sedih dan duka segala pengorbanan kita selama ini menjadi senyum dan tangis bahagia dengan kesuksesan. Aamiin!

Ps:
Maaf kalo jadi banyak fokus cerita tentang si Dia. Abis, selama saya disini, kenangan dengan dia terlalu banyak sih... :p *curcol*


Regards,
-A 

Friday, 19 October 2012

t w i t t e r

T w i t t e r
is good. it can help you improve in writing.

but,
T w i t t e r makes me lazy to write any longer like i always did in blogger.

So,
does t w i t t er help you to improve your writing?

-A

Epilogue

Dear you,

Since you are gone, it feels surreal. Faces from your past and present are suddenly all in the same place, smiling and crying and celebrating your life. We were hugging each other but still, I do never want to say goodbye to you, i haven’t really accepted yet that you’re gone. I never really will. Your presence is still felt everywhere. I can almost see your fingerprints glowing on everything you touched. Doorknobs and light switches, shoelaces and silverware. It’s like you’re still here, just out of reach, and your voice is still so clear, just distant, coming from another room.

Your life trace are seems uncanny, both unreal and hyper real, like a piece of fiction that’s somehow become a fact. interesting to be write and interesting to be read. i could read it once, twice, again and again. i read between the lines. There are stories hidden within that brief paragraph. There are chapters. Volumes. So much goes unsaid.
You left us with the puzzles: it’s a sudoku without any numbers, impossible to solve.
Your old phone number is still saved in my cellphones. i’ll never delete it.
Photographs of you take on more weight. A 5×7 inch glossy photo of your naturally smiling face weighs 3.5 ounces, but it may as well weigh a hundred pounds. Your joyful gaze transcends two dimensions.

Your shadow in my bed. Your emails and chat history on bbm become digital mementos. Every book you borrowed in library and every books that we shared to read, every memories is a gift from you, from old to new gravity. Exerting its own pull on the soul, a bittersweet black hole to be cherished from time to time, then placed back on the shelf. These objects can’t replace you, but their presence helps solidify your absence.
I couldn’t forget the memories of you even if I tried. Artifacts are everywhere, scattered through the mundane world of sights and sounds. Your sandwich at the table. The place where we used to have a breakfast together. Share our laugh and story. Your song on my ipod. At first the unexpected reminders sting, and i wish those things would respectfully disappear. But eventually the sting lessens, until it barely feels like they’re being stung, and i could sit in the same table, eat the sandwich as usual we had every morning, and hum along to your favorite song. Absolutely, alone and smile remind me of our good memories.

Life goes on without you. Time doesn’t pause. I still go to the class. Still walking to Kangar. Still going to library. Eating alone in the restaurant that you exactly know where is it. The sun rises and sets, rises and sets. Perhaps that’s the hardest thing of all to accept, that everything in the world just keeps on going without you in it. Nope, I mean, in my life.

Acceptance comes in slow stages over the months or maybe years following your farewell, and nevertheless sometimes upon waking from a dream about you, it’s hard to believe you’re gone. The dream gets dismissed as just a dream even though a part of the dreamer knows it was you, saying hello.

As I told you, you weren’t perfect. You were better than perfect. You were good. You were warmth and wit, kindness and integrity. I will always welcoming you with my arms after a long flight home. I know actually you loved this place, this planet. You loved it in a way that only you could, and your love lingers in everything you left behind. The books that you read and movies that we watched together. Music that we listened together. The place that we've visited. Your house, our house. Your container that used to be your rack, as long as we lived together. Your yellow umbrella which always you brought everywhere.

You loved. You are loved. You will be missed.

Yours,

-A